Menu

Sempat ‘Ditegur’ Orang Tua, Peni Ahmadi Buktikan Sukses Jadi Ilmuwan Wanita

15 November 2021 13:05 WIB
Sempat ‘Ditegur’ Orang Tua, Peni Ahmadi Buktikan Sukses Jadi Ilmuwan Wanita

Peni Ahmadi, Ph.D, jadi salah satu dari 4 empat wanita peneliti Indonesia yang mendapatkan award L'ORÉAL-UNESCO FOR WOMEN IN SCIENCE NATIONAL FELLOWSHIP 2021. (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Saat ini, pengemudi ojek online hingga menteri telah diisi oleh kaum hawa, termasuk di dalamnya adalah seorang ilmuwan atau peneliti. Sebagaimana kita tahu, para peneliti wanita ini ikut berperan dalam perkembangan sains di Tanah Air.

Selain dalam bidang ilmu pengetahuan, tantangan mereka juga bertugas sebagai seorang ibu dan sebagai istri. Nah, salah satu wanita yang memilih bergelut dalam pengembangan ilmu sains ini adalah Peni Ahmadi, Ph.D.

Peni, sapaan akrabnya, adalah seorang peneliti wanita di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Mendapatkan gelar Sarjana dari Universitas Lampung bidang kimia organik pada tahun 2010, Peni kemudian melanjutkan studi S2-nya dan mendapatkan gelar Master of Science (M.Sc.) pada tahun 2014, dilanjutkan dengan studi S3 yang ia selesaikan pada tahun 2017 – kedua program studi bidang marine natural product tersebut diselesaikan di University of Ryukyus, Jepang.Dan, sudah banyak penelitian yang dilakukan oleh Peni sejak tahun 2015 hingga 2021 tahun ini.

Di awal karirnya sebagai peneliti wanita, ternyata Peni punya cerita unik lho Beauty. Menurutnya, ia dulu saya kerap menghadapi teguran dari kedua orang tuanya, yang mengeluh karena waktu saya yang lebih banyak dihabiskan bekerja di laboratorium daripada berkumpul dengan keluarga. Namun, hal tersebut berubah ketika Peni berhasil membuktikan pencapaiannya kepada kedua orang tuanya dengan mendapatkan beasiswa S2 di Jepang.

“Ya, dulunya saya kerap dapat teguran dari kedua orang tua, yang mengeluh karena waktu saya yang lebih banyak dihabiskan bekerja di laboratorium daripada berkumpul dengan keluarga. Namun, saya berhasil membuktikan pencapaian kepada kedua orang tua dengan mendapatkan beasiswa S2 di Jepang. Setelah menyelesaikan studi S2 dan S3 di Jepang, saya pun kemudian meniti karir sebagai seorang Ilmuwan di sana, bersama dengan pembimbing saya yang juga jadi panutan saya dalam bidang penelitian,” aku Peni, saat acara award L'ORÉAL-UNESCO FOR WOMEN IN SCIENCE NATIONAL FELLOWSHIP 2021, belum lama ini.

Singkat cerita,pada tahun 2021, Peni pun kembali ke Indonesia dan meninggalkan karir yang telah ia bangun di Jepang, meskipun begitu dukungan dari teman serta keluarga terus mengobarkan semangatnya untuk memulai penelitian di Indonesia.

Dan kini, Peni jadi salah satu dari 4 empat wanita peneliti Indonesia yang mendapatkan award L'ORÉAL-UNESCO FOR WOMEN IN SCIENCE NATIONAL FELLOWSHIP 2021.

Ya, Peni meneliti tentang senyawa bioaktif dari invertebrata laut indonesia yang berpotensi sebagai obat ampuh penyembuhan kanker payudara. Penelitian ini terdorong oleh rasa empati Peni kepada teman terdekatnya yang mengalami kanker payudara, sehingga ia selalu bersemangat untuk dapat menemukan obat ampuh yang dapat menyembuhkan kanker payudara.

Dengan pengalaman yang ia miliki sebagai seorang ilmuwan di Jepang dan ilmu kelautan yang ia dapatkan semasa mengenyam pendidikan, Peni berusaha untuk mencari obat anti kanker dari biota laut yang berada di perairan Indonesia.

“Saya percaya bahwa perairan luas Indonesia yang indah ini menyimpan manfaat luar biasa yang dapat berguna bagi kehidupan orang banyak. Karenanya, lewat penelitian ini saya ingin menggali lebih dalam lagi potensi laut Indonesia untuk menemukan senyawa anti kanker yang diisolasi dari pesisir Indonesia yang unik dan ampuh, khususnya untuk mengobati kanker payudara,” imbuh Peny.

Melalui penelitian yang dilakukannya juga, Peni berharap dapat menciptakan terapi yang dapat membantu menyembuhkan kanker payudara tanpa memberikan efek samping yang berbahaya bagi pasien.

Lebih lanjut, Peni pun mengungkapkan soal suka duka dan tantangannya sebagai seorang peneliti wanita. Kata dia, sebagai peneliti, dia harus berpikir mencari ide-ide baru seraya mengerjakan tugas sebagai seorang ibu dan istri, dan harus pintar-pintar membagi waktu antara penelitian dan keluarga.

“Memang ada challange tersendiri bagi peneliti, apalagi peneliti wanita, apalagi sudah berkeluarga dan menjadi ibu. Untuk bisa menyeimbangkan antara karier dan keluarga itu benar-benar tantangan tersendiri. Kita kan ngerjain penelitian juga, ngurusin anak dan suami juga, jadi kita tuh melakukan 2 sisi yang dilakukan wanita yang juga dilakukan para pria. Kalau peneliti pria itu kan gak melakukan ‘pekerjaan rumah’. Tapi biar gimana pun, kita sebagai wanita harus mengimbangi segala kepentingan keluarga. Selain itu tantangan lainnya mungkin kita juga harus berkompetisi dengan para pria dalam mencari dana penelitian, itu kan biasanya gak mandang gender,” imbuh Peni kepada HerStory, seraya tertawa.

“Soal dukanya, bagi saya mungkin kalau di bidang saya karena ada diving-nya, kita harus merangkai diving set sendiri. Tapi di satu sisi ada kepuasan kita juga bisa lho menyeting diving set sendiri, dan bikin kita confident. Dukanya juga mungkin ya kita bawa alat-alat diving sendiri, berat kan ya, jadi kaya nge-gym ya. Tapi biar bagaimana pun kita harus mandiri,” sambung Peni.

Lebih lanjut, Peni pun mengaku senang dapat bekerja sebagai seorang peneliti, karena karya yang dia kerjakan dapat bermanfaat bagi orang banyak. Ia pun kemudian berpesan bagi seluruh wanita muda yang ingin menjadi peneliti, agar mereka tak mudah menyerah dan harus lebih lebih kompetitif lagi dengan pria.

“Kita sebagai wanita harus terpacu dan harus lebih kompetitif lagi dengan pria. Dan biasanya ada kepuasan tersendiri saat kita ada meraih pencapaian yang diinginkan, dimana kita bisa setidaknya tak ketinggalan dari pria ataupun kita bisa sejajar dengan pria,” pungkas Lenny.

Nah Beauty, semoga jejak karir Peni Ahmadi, Ph.D ini bisa menginspirasimu untuk sukses ya!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.