Menu

Waspada Speech Delay! Ketahui Perkembangan Bicara dan Bahasa Si Kecil Moms, Ini Penjelasan Dokter

22 November 2021 20:17 WIB
Waspada Speech Delay! Ketahui Perkembangan Bicara dan Bahasa Si Kecil Moms, Ini Penjelasan Dokter

Dokter Spesialis Anak, dr. Dini Adityarini, SpA., saat menjadi narasumber di webinar Baby Happy Diapers x Sekar Indonesia, Senin (22/11/2021). (Riana/HerStory)

HerStory, Bogor —

Moms, keterlambatan bicara atau dikenal juga dengan speech delay menjadi momok bagi kebanyakan orang tua. Speech delay merupakan kegagalan dalam melakukan bicara (proses mekanik memproduksi suara) pada anak dengan menggunakan bahasa (simbol dan sistem dalam komunikasi) yang bersifat reseptif dan ekspresif sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

Nah, kondisi ini haruslah diperhatikan dan diwaspadai orang tua lho Moms, karena dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak yang bisa jadi disebabkan oleh berbagai hal. Lantas, sebenarnya gimana sih tahapan perkembangan bicara pada anak-anak, supaya kita sebagai orang tua juga tidak terlalu berlebihan khawatir?

Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Dini Adityarini SpA, sebenarnya kemampuan bicara dan bahasa anak itu sangat penting untuk perkembangan, karena ini akan menyangkut fungsi kecerdasan, menyangkut fungsi psikososial dari anak tersebut. Dan berdasarkan riset, 10 sampai 14% anak itu memang mengalami gangguan dalam kemampuan berbicara dan bahasanya.

dr. Dini juga bilang, kemampuan bicara dan bahasa anak itu ada dua, yakni perkembangan bicara reseptif dan perkembangan bicara yang ekspresif.

“Seperti apa yang tertulis reseptif itu artinya penerimaan, kemampuan reseptif dari anak bahwa dia mengerti bahwa orang lain mengajaknya berkomunikasi. Sedangkan ekspresif itu artinya anak secara aktif menyatakan pikirannya secara verbal dan pendapatnya dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan yang kita lihat itu adalah yang ekspresif. Sedangkan yang reseftif ini kadang-kadang suka abaikan oleh para parents,” tutur dr. Dini, saat webinar Baby Happy Diapers x Sekar Indonesia dengan tema ‘Kupas Tuntas Tahapan Perkembangan Bicara pada Anak & Solusi Tepat Atasi Speech Delay’, sebagaimana dipantau HerStory, Senin (22/11/2021).

Dikatakan dr. Dini, terkait perkembangan bicara anak reseptif, artinya, anak itu bisa tahu bahwa ada orang lain yang mengajaknya berbicara. Menurutnya, perkembangan bicara reseptif ini sudah ada sejak lahir.

Perkembangan bahasa reseptif bayi, kata dr. Dini, antara lain adalah sejak lahir bereaksi terhadap suara, usia 3-4 bulan bisa senyum sosial, dan usia 4-7 bulan bereaksi terhadap suara (tersenyum, teriak, mengoceh). Selanjutnya, pada usia 8-9 bulan, bayi mengerti larangan tidak boleh melalui gesture atau ekspresi wajah moms dan dads-nya. Lalu, usia 14 bulan mengerti panpa mimik atau gesture, dan saat usia 17 bulan dapat menunjuk 5 bagian wajah atau tubuh yang ditanyakan.

“Jadi perkembangan ini sudah ada sejak lahir, bayi ini sudah bereaksi terhadap suara. Tapi ini sering diabaikan, padahal bayi itu sejak lahir sudah ada penerimaan. Bahkan sekarang saya merawat bayi-bayi yang prematur, dan saya selalu bilang ke parents-nya yuk datang gih ke ruangan rawatnya si bayi, nyanyikan dia sesuatu, lantunkan ayat-ayat Suci atau apapun seperti hope, sekali-sekali jangan bicarakan hal yang negatif karena dia sudah bereaksi terhadap suara. Jadi itu yang harus dipahami karena ini nanti akan berkaitan dengan perkembangan bicara berikutnya,” papar dr. Dini.

Selanjutnya, sambung dr. Dini, perkembangan bicara ekspresif bayi diantaranya adalah saat lahir bayi hanya dapat menangis, usia 2-3 bulan mulai membuat suara ‘ah’ atau ‘uh’, mendekati usia 6 bulan bayi dapat merespon terhadap namanya sendiri dan mengenali emosi nada bicara.

“Selanjutnya, bayi mulai mengoceh dengen suku kata ‘papapa’, ‘dadada’ atau ‘bababa’. Kemudian, usia 6-9 bulan bayi mulai mengerti nama, mengoceh tanpa arti, lalu usia 8-12 bulan dapat mengucapkan nama atau papa mama dengan arti. Gak cuma itu, bayi juga suka menirukan kata yang didengarnya. Lalu saat usia 12 bulan, bayi mengerti 70 kata dan dapat mengucapkan 3-4 kata dengan arti. Lalu, diapun dapat mengikuti perintah 1 langkah, dapat mengangguk, menggeleng, dan di usia 18 bulan kosa katanya 5-50 kata,” ujarnya.

Selain terkait perkembangan bahasa dan bicara si kecil, kata dr. Dini, yang penting juga, orang tua harus memerhatikan tatapan dan ekspresi wajah anak.

“Satu lagi yang harus diperhatikan adalah ekspresi muka anak ini nggak boleh daftar. Di usia 1 tahun anak harus bisa mengeluarkan ekspresi wajah yang ceria, ekspresi marah, dll. Jadi jangan sampai ekspresinya datar, kemudian matanya masih belum bisa fokus pada titik mata kita ketika diajak bicara, itu mungkin kita harus meng-screening apakah ada disorder lainnya atau autism dan lain sebagainya,” terangnya.

“Kemudian di usia 12-18 bulan, itu si anak harus ada reflek satu kata. Apakah papa gitu, atau mama gitu. Itu lebih universal. Dan di usia 18-24 bulan, jika tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti, itu sudah waspada. Orang tua harus cari tahu si anak belum bisa mengucapkan kata yang belum dimengertu orang lain di usia 18-24 bulan,” sambungnya.

dr. Dini pun berharap, hingga anak usia 2 tahun, orang tua harus bisa melakukan pemantauan atau screening pada anak.

“Sebetulnya di buku kesehatan ibu dan anak (KIA) yang sudah dibagikan, sekarang bahkan bisa didownload secara gratis ya. Di buku itu semuanya sebetulnya sudah ada semuanya, step-step atau milestone untuk tahapan perkembangan anak tidak hanya untuk tahapan bicara saja tapi tahapan perkembangan motoriK, tahapan perkembangan motorik kasar, tahapan personal sosial, maupun tahapan bicara dan Bahasa. Jadi kalau dapat buku tersebut sekarang memang semuanya disarankan memakai buku KIA. Itu sangat bagus ya jadi ini beberapa teman saya yang ahli di tumbuh kembang itu menyusun buku tersebut bisa dipakai secara sederhana untuk bisa meng-screening apakah anak kita milestone pertumbuhan dan perkembangannya itu on track,” jelasnya,

Lebih lanjut, dr. Dini bilang, faktor yang memengaruhi speech delay sendiri bermacam-macam. Diantaranya, gangguan bicara, autistis, gangguan pendengaran, atau bagian dari keterlambatan perkembangan menyeluruh. 

Adapun, cara mudah mengetahui apakah kemampuan bicara anak terlambat atau tidak adalah dengan melakukan screening perkembangan secara berkala. Di Indonesia sendiri, jadwal screening tumbuh kembang yang disarankan adalah setiap 3 bulan sekali sampai usia 2 tahun, kemudian dilanjutkan setiap 6 bulan sekali sampai usia 6 tahun

“Speech delay pada anak memerlukan penanganan dokter. Hal ini bertujuan menentukan terapi yang sesuai dengan diagnosa penyebab dari gejala yang dialami oleh anak,” tuturnya.

Semoga informasinya bermanfaat ya, Moms!

Baca Juga: Moms-Dads Harus Pahami, Ini 4 Hal yang Akan Ditunjukkan Si Kecil Jika Kekurangan Kasih Sayang dari Keluarga

Baca Juga: 5 Jenis Makanan yang Bagus untuk Perkembangan Otak, Manfaatnya Gak Main-main Moms!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.