Mutasi virus corona varian Omicron tengah menggegerkan dunia. Pasalnya diketahui bahwa Omicron menyebar lebih cepat dibandingkan dengan varian sebelumnya, yakni Delta.

Omicron, varian yang disebut B.1.1.529 itu pertama kali tercatat oleh Hong Kong, dari kasus seseorang yang bepergian dari Afrika Selatan. Dikatakan Organinasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus positif akibat varian ini meningkat di hampir semua provinsi di Afrika Selatan. Dan, virus ini diidentifikasi telah menyebar di Botswana, Belgia, Hong Kong, dan Israel.

Paling terbaru, Dr Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, mengabarkan perkembangan signifikan pada 7 pasien infeksi varian Omicron yang ditanganinnya pada 18 November.

Dalam pengalamannya, Dr Angelique Coetzee mengatakan bahwa sebagian besar pasien yang terserang virus corona varian Omicron tersebut berusia 40 tahun ke bawah. Tetapi, gejala mereka tak menimbulkan banyak kekhawatiran dan sebagian besar sejauh ini bergejala ringan.

"Leluhan klinis yang paling dominan adalah kelelahan selama satu atau dua hari. Sakit kepala dan nyeri tubuh dan nyeri juga dirasakan. Selain itu, juga merasakan tanda-tanda infeksi virus normal yang sebelumnya," ujar Dr Coetzee kepada Reuters dikutip dari Express (13/12/2021).

Saat penyelidikan lebih lanjut mengenai varian Omicron, para ilmuwan telah memperingatkan itu bisa menjadi strain yang dominan. Dr Rochelle Walensky, direktur Centers for Disease Control (CDC), badan kesehatan masyarakat nasional AS, bahwa ada kemungkinan varian Omicron bisa mengalahkan Delta.

"Data awal menunjukkan itu mungkin varian yang lebih menular daripada Delta," tutur Dr Walensky.

Meski begitu, banyak ahli kesehatan sepakat bahwa perkembangan varian Omicron masih membutuhkan penyelidikan lebih lanjut sebelum dapat menarik kesimpulan konkret