Menu

Gawat! Stres Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Pasien COVID-19 Akut

22 Juni 2020 14:08 WIB
Gawat! Stres Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Pasien COVID-19 Akut

Seorang dokter mengoperasikan alat bantu pernafasan di ruang ICU Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4/2020). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj)

HerStory, Jakarta —

Virus corona terus memakan korban jiwa. Berbagai negara di dunia pun mengalami pandemi yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 itu. Ada hal baru yang perlu kamu ketahui nih Beauty! Penelitian menunjukkan bahwa stres bisa meningkatkan risiko kematian pada pasien COVID-19 lho. Kok bisa?

Penelitian tersebut menyebut pasien COVID-19 dengan tingkat kortisol (hormon stres) yang tinggi dalam darah lebih berisiko alami kematian. Kortisol dilepaskan oleh kelenjar adrenalin, memacu perubahan metabolisme, fungsi jantung, dan sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap situasi yang menimbulkan stres.

Para ilmuwan di Imperial College London menemukan kadar hormon secara signifikan lebih tinggi pada pasien COVID-19 dibandingkan orang sehat. Ini adalah pertama kalinya kortisol diindikasikan sebagai penanda virus.

Para ahli mempelajari 535 pasien di tiga rumah sakit di London: Charing Cross, Hammersmith dan St Mary's dengan 403 dari kelompok ini terinfeksi COVID-19.

Tingkat kortisol yang sehat adalah 100-200 nm / L dan hampir nol ketika tidur, sedangkan tingkat lebih dari 1.000 dianggap tinggi dan akan berakibat buruk bagi kesehatan.

Pada pasien COVID-19, diketahui tingkat kortisol naik menjadi 3.241. Angka yang sangat tinggi bukan? Padahal pasien COVID-10 yang memiliki tingkat kortisol diatas di atas 744 memiliki kelangsungan hidup rata-rata hanya 15 hari.

Tim peneliti berharap temuan yang diterbitkan dalam The Lancet Diabetes & Endocrinology, dapat divalidasi dalam studi klinis yang lebih besar.

"Dari sudut pandang seorang endokrinologis, masuk akal bahwa pasien COVID-19 yang parah akan memiliki kadar kortisol yang lebih tinggi, tetapi level dalam temuan ini adalah sangat tinggi," ujar Profesor Waljit Dhillo, Kepala Divisi Diabetes, Endokrinologi, dan Metabolisme di Imperial College London seperti dikutip dari Metro (22/6/2020).

Dari penelitian ini, para ahli kesehatan pun mulai meninjau kadar kirtosol seseorang jika dicurigai terinfeksi virus corona.

“Sekarang, ketika orang tiba di rumah sakit, kami berpotensi memiliki penanda lain untuk digunakan bersamaan dengan tingkat saturasi oksigen untuk membantu kami mengidentifikasi pasien mana yang perlu dirawat segera. Selain itu, kami juga dapat mempertimbangkan kadar kortisol ketika kami sedang mencari cara terbaik untuk merawat pasien kami," tambahnya.

Baca Juga: Bisa Bantu Kurangi Stres, Ini 3 Rekomendasi Essential Oil yang Bikin Rileks! Kamu Juga Suka Gak?

Baca Juga: Sering Merasa Stres? Beauty Wajib Konsumsi Suplemen Ini untuk Mengatasinya, Bisa di Beli di Aptek Lho..

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana

Artikel Pilihan