Menu

Waduh! Sempat Membatah, Kini WHO Akui Adanya Kasus Penularan Virus Corona Melalui Udara

08 Juli 2020 16:15 WIB
Waduh! Sempat Membatah, Kini WHO Akui Adanya Kasus Penularan Virus Corona Melalui Udara

Ilustrasi virus corona mengintai manusia. (Pixabay/Tumisu)

HerStory, Jakarta —

Ratusan ilmuwan mendesak pihak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merevisi pedoman kesehatannya. Pasalnya para ilmuwan meyakini bahwa virus corona bisa menular melalui udara.

Meski begitu, pihak WHO mengatakan belum ada cukup bukti mengenai penyebaran COVID-19 di udara. Sempat membantah hal tersebut, akhirnya pada Selasa (7/7/2020) WHO mengakui adanya bukti kasus penularan virus corona melalui udara.

"Kami telah berbicara tentang kemungkinan transmisi melalui udara dan transmisi aerosol sebagai salah satu mode transmisi Covid-19," ujar Maria Van Kerkhove, ahli epidemiologi penyakit menular WHO.

Selain itu, dr. Benedetta Allegranzi, pimpinan teknis WHO untuk pencegahan dan pengendalian infeksi, mengatakan ada bukti yang muncul dari penularan virus coronavirus melalui udara, tetapi itu tidak pasti.

"Kemungkinan penularan melalui udara terjadi dalam ruang publik, terutama dalam kondisi yang sempit, padat, tertutup, pengaturan berventilasi buruk. Namun, bukti perlu dikumpulkan dan ditafsirkan, dan kami terus mendukung ini," katanya.

WHO sebelumnya mengatakan virus yang menyebabkan penyakit pernapasan Covid-19 menyebar terutama melalui tetesan kecil atau droplets yang dikeluarkan dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi dan dengan cepat tenggelam ke tanah.

Tetapi, dalam sebuah surat terbuka dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, 239 ilmuwan di 32 negara menguraikan bukti bahwa mereka mengatakan partikel virus corona mengambang di udara dan dapat menginfeksi orang yang menghirupnya. Karena partikel-partikel yang dihembuskan yang lebih kecil itu dapat berlama-lama di udara, para ilmuwan dalam kelompok itu mendesak WHO untuk memperbarui panduannya.

"Kami ingin mereka (WHO) mengakui bukti," kata Jose Jimenez, seorang ahli kimia di University of Colorado.

“Ini jelas bukan serangan terhadap WHO. Ini adalah debat ilmiah, tetapi kami merasa kami harus go public karena mereka menolak untuk mendengar bukti setelah banyak berdiskusi dengan mereka,"sambungnya.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana