Menu

Bukan Bukti Feminisme, Stop Lakukan Friend With Benefit!

16 Juli 2020 20:30 WIB
Bukan Bukti Feminisme, Stop Lakukan Friend With Benefit!

ilustrasi friend with benefit (Pinterest/Edited by Herstory)

HerStory, Jakarta —

Tahukah kamu apa itu Friends with Benefits (FWB)? FWB adalah sebutan bagi individu-individu yang mau melakukan hubungan seksual tanpa komitmen, perasaan dan status. Menjalani FWB tentu bisa monogami atau non-monogami tergantung perjanjian awal. 

Jadi tentu suatu kesalahan kalau kamu pikir seorang wanita dan pria yang dekat tanpa kedekatan intim bisa disebut FWB cuma karena arti FWB ini teman dengan manfaat karena ini lebih daripada itu.

Tapi, untuk bisa FWB-an, seseorang harus siap secara mental, sehingga praktik ini gak bisa dan gak cocok dilakukan oleh orang awam. Praktik FWB adalah perjanjian yang harus penuh dengan kesadaran konsensus (persetujuan) dan tentu konsekuensi.

Nah, sekarang pahami, yuk, konsekuensi FWB ini!

1. Konsensus

Konsensus berarti memperhatikan prinsip-prinsip bahwa konsen itu spesifik, konsen bisa berubah dan pihak yang terlibat harus terinformasi tentang konsekuensinya. Inilah kenapa konsekuensi dari seks adalah infeksi menular seksual dan kehamilan. 

Nah, untuk mengurangi risiko, pihak yang FWB-an harus sepakat melakukan hubungan seks menggunakan pengaman seperti kondom. Jadi harus sampai spesifik seperti itu. Penggunaan kondom pun harus dipertegas bahwa selama FWB-an, pihak-pihak yang terlibat harus sadar betul bahwa kondom digunakan saat berhubungan seksual. Kalau ada yang melepas kondom tanpa sepengetahuan partner, itu sudah di luar persetujuan awal dan termasuk pemerkosaan.

2. Bawa perasaan (baper)

Konsekuensi lainnya adalah baper. Gak cuma wanita, lho yang bisa baper, pria gak jarang juga bisa baper setelah berhubungan seksual, baik dalam praktik FWB atau bentuk hubungan lainnya. Semua orang berhak baper dan sulit move on atau susah melupakan pengalaman seksualnya. Ini wajar saja. Makanya, siapapun yang hendak menjalani FWB harus sadar akan kemungkinan konsekuensi ini.

Ingat ya, kalaupun ada yang baper, bukan berarti orang yang dibaperin harus tanggung jawab atas perasaan yang timbul. Dia gak punya tanggung jawab untuk memberi afeksi emosional kepada partner-nya. Karena perjanjian awalnya adalah hubungan seksual tanpa komitmen, perasaan dan status.

3. Jaga sikap, kamu bukan siapa-siapanya

Seseorang yang FWB-an juga harus bisa menjaga sikap, jangan sampai menguntit (stalking) orang yang dibaperin, apalagi sampai meneror, sehingga membuat dia merasa gak nyaman. Itu memang konsekuensi dari FWB. Makanya, bagi kamu yang belum atau gak siap dengan segala konsekuensinya, jangan melakukan itu. 

Jangan coba-coba, deh, FWB-an hanya karena dia janji akan selalu ada untukmu atau janji bakal pacaran sama kamu nantinya. Jangan juga melakukannya demi mendapatkan dia sebagai pacar di kemudian hari. Toh dia merasa FWB-an sudah bisa melakukan hubungan seksual denganmu, buat apa pacaran?

Rumit, lho, untuk mengubah FWB menjadi pacar, walaupun itu bisa terjadi. Itulah kenapa saat FWB gak boleh banyak berharap. Lagi pula, seks bukanlah alat tukar kasih sayang, Beauty. Kamu juga gak bisa menuntut dia untuk memperlakukan kamu layaknya pasangan, karena perjanjian awalnya kalian gak mengenal status.

Praktik FWB sendiri sering dijadikan cara bagi pria, baik yang katanya progresif maupun konservatif untuk memanipulasi wanita. Biasanya, kalimatnya seperti ini, “Kamu kan feminis, kamu seharusnya berpikiran terbuka dan mau mengeksplorasi seksualitasmu.” Atau, “Kamu bisa bantu saya menunaikan ibadah kalau mau berhubungan seksual dengan saya.” Gak percaya ada hal seperti ini? Keadaan gini benar-benar ada, lho!

Praktik FWB ini bisa melukai wanita ketika ia gak dibekali tentang pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi. Belum lagi, kalau ia gak siap secara mental dan tumbuh dalam lingkungan yang patriarkal. Tetapi, ada pula ketika perempuan merasa FWB adalah kebutuhan, ia gak akan merasa terganggu setelah berpisah dengan pasangan FWB-nya.

Ada juga, lho, kasus dimana lelaki yang baper, lalu menguntit hingga meneror wanita. Ini juga bisa berbahaya, karena bisa mengakibatkan kekerasan terhadap wanita. Kayaknya wanita gak pernah dapat ruang yang aman dalam pilihannya, ya?

Kalau sudah begitu, wanita lagi lah yang paling dirugikan.Gak ada yang salah dengan baper, perasaan itu valid. Tapi, memaksa partner FWB untuk pacaran denganmu itu salah banget! Sama halnya dengan wanita yang menguntit dan meneror wanita, itu juga salah banget!

Bagi sebagian orang, praktik FWB gak cocok dan gak disarankan sama sekali. Sebagai manusia, kita harus tahu kapasitas dan menggunakan kuasa untuk menolak hal yang kamu tahu gak mampu menghadapi konsekuensinya. Apalagi kalau kamu wanita yang gampang banget dieksploitasi sama pria-pria bajingan di luar sana.

Praktik FWB memang sering kali dipakai untuk memanipulasi dan mengeksploitasi wanita, karena itu kamu harus bisa menggunakan kuasa untuk bilang enggak pada ajakan FWB yang dirasa berpotensi terjadinya eksploitasi. Dan, kalau ia menggunakan dalih feminisme, tentunya feminisme gak membenarkan eksploitasi seksual atas nama kesetaraan gender. 

Jangan pernah percaya sama apapun niat busuk pria yang cuma bikin wanita "merasa tinggi dengan feminisme"nya padahal tujuannya cuma mau melecehkanmu dan kamu jadi korban karena ketidak-tahuanmu!

Baca Juga: 4 Posisi Seks yang Bikin PakSu Makin Cinta, Moms Wajib Kuasai Nih! Mau Jajal Gak?

Baca Juga: Bukan Cuma Bercinta, Ini 4 Keadaan yang Mengharuskan Mandi Junub pada Wanita, Apa Aja ya Beauty?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.