Menu

Ooppss! Media Melanggengkan Citra Negatif Aborsi, Kok Bisa?

20 Juli 2020 21:55 WIB
Ooppss! Media Melanggengkan Citra Negatif Aborsi, Kok Bisa?

Ilustrasi wanita dan seseorang berjubah hitam (Pinterest/Edited by Herstory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, aborsi sering banget punya stigma negatif di masyarakat meskipun aborsi ini adalah tindakan medis tanpa maksud lain dan sebagainya. Aborsi bahkan ada sebagai konsekuensi logis dari kondisi biologis seorang wanita atas Kehamilan yang Tidak Direncanakan (KTD). 

Media punya peran yang besar banget soal ini, membentuk stigma masyarakat makin sinis dengan tindakan aborsi bahkan nggak jarang disebut tindakan malpraktik, padahal aksesnya sendiri yang susah dijangkau.

Di Indonesia ini media jadi oknum yang paling berperan untuk kelanggengan stigma soal aborsi. Dilansir dari beberapa sumber, ada 3 hal dari media yang bermasalah dalam membahas isu aborsi, simak penjelasan berikut, Beauty!

1. Wanita nggak bermoral

Media mendemonisasi wanita yang memilih aborsi dengan evaluasi moral yang hitam-putih.

2. Aborsi adalah pembunuhan

Media memberi pemahaman yang salah mengenai aborsi, di mana aborsi disamakan dengan pembunuhan. 

3. Tubuh wanita berhak diurusi

Media membuat wanita mempunyai penihilan otoritas wanita atas tubuhnya sendiri.

Dalam pemberitaan media biasanya keterangan umur janin nggak dijelasin, bahkan nggak ada pemahaman apakah janin tergolong makhluk hidup atau bukan, semua dibuat seperti turun-temurun tanpa penjelasan yang berulang, yang harusnya media sanggup untuk mengedukasi para pembacanya supaya nggak salah paham melulu. Makanya, dari informasi yang kurang jelas inilah berita biasanya berpotensi menyamakan aborsi dengan pembunuhan.

Tapi tahukah, Beauty, kalau WHO saja mengungkapkan aborsi adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mampu hidup, yaitu ketika usia kehamilan belum mencapai 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Fetus sendiri berbeda dengan bayi. Kalau bayi sudah dapat hidup di luar kandungan sehingga bisa disebut makhluk hidup, sedangkan fetus nggak, lho. Jadi, menyamakan aborsi sebagai pembunuhan adalah tindakan yang nggak tepat karena nggak ada yang dibunuh dalam proses aborsi. 

Stigma yang nggak kalah kejamnya adalah bahwa mereka yang melakukan aborsi adalah orang yang berada pada hubungan yang bermasalah. Padahal belum tentu begitu keadaannya.

Wanita juga kerap menjadi bahan pemberitaan yang seolah pantas dilabeli sebagai tersangka untuk kasus ini, alih-alih memberikan ruang lebih lega bagi wanita yang melakukan aborsi untuk memberikan keterangan, berita biasanya malah lebih banyak memberikan suara bagi kepolisian. Supaya kita sama-sama paham, menurut WHO, aborsi sebagai tindakan medis dilakukan dengan dua cara. Caranya ialah surgical atau operasi medis dan dengan medical atau obat. Inilah hal-hal penting yang harus dipahami oleh media bahkan kamu juga, Beauty, supaya nggak terus memberikan stigma negatif pada masyarakat soal aborsi.

Baca Juga: Jangan Main-main! Kenali 8 Efek Bahayanya Aborsi Bagi Kesehatan Tubuh Wanita, Bisa Berujung Kematian

Baca Juga: Bukan Langsung Tegur, Aurel Hermansyah Curhat Gak Suka Orang yang Kerjanya Setengah-setengah! Sindir Siapa Sih?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan