Pandemi virus corona atau Covid-19 belum juga berakhir. Jumlah pasien yang positif terinfeksi virus corona di Indonesia saja sudah lebih dari 100 ribu pasien. Banyak gejala-gejala baru yang kini dialami oleh para pasien terinfeksi virus corona, salah satunya adalah kerontokan rambut.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Natalie Lambert, PhD. dari Indiana University School of Medicine and Survivor Corps, kelompok pendidikan akar rumput untuk penyintas Covid-19, juga menemukan seperempat orang dengan gejala virus tersebut mengalami kerontokan rambut.

Kemungkinan besar mereka mengalami kondisi rambut rontok yang disebut telogen effluvium. Telogen effluvium ini merupakan kondisi saat rambut berhenti tumbuh dan akhirnya rontok setelah stres parah atau saat mengalami peristiwa traumatis.

Ketika tubuh mengalami hal-hal lain untuk difokuskan, seperti mengatasi stres ekstrem atau melawan penyakit, sebagian rambut akan memasuki fase istirahat agar tubuh dapat fokus pada tugas yang lebih penting.

Kondisi telogen effluvium ini bukan mengakibatkan belasan rambut jatuh. Jumlah rambut yang rontok jauh lebih banyak. Rambut rontok tersebut pun bisa dilihat di seluruh tempat kita duduk, di kamar mandi, dan juga di sisir.

Namun, jumlah rambut yang rontok akan berbeda-beda setiap orangnya. Dokter dermatologi Christine Shaver, M.D., mengatakan bahwa kerontokan rambut tergantung dari tingkat keparahan stres yang dialami.

Jangan khawatir, rambut akan kembali tumbuh saat penyebab stres teratasi. Namun, perlu waktu tiga bulan agar kerontokan rambut melambat atau berhenti. Butuh kesabaran karena telogen effluvium akan sembuh dengan sendirinya.

Baca Juga: Bye-bye Rambut Rontok! 3 Bahan Alami Ini Bisa Jadi Obat Mujarab Hempas Kebotakan Dini, Salah Satunya Ketumbar Lho!

Baca Juga: Murah Meriah! Ini Rekomendasi Serum Rambut Anti Rontok di Bawah Rp100 Ribu, Ampuh Rangsang Pertumbuhan Makin Tebal dan Kuat!