Menu

Pernah Jadi Korban Pelecehan, Paris Hilton Buka Suara Melalui Film Dokumenter Miliknya!

26 Agustus 2020 14:20 WIB
Pernah Jadi Korban Pelecehan, Paris Hilton Buka Suara Melalui Film Dokumenter Miliknya!

Paris Hilton. (Fox News/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Aktris Hollywood, Paris Hilton akan segera mengeluarkan film documenter tentang dirinya yang berjudul “This Is Paris” pada 14 September 2020. Di dalam film tersebut, Paris menceritakan mengenai pelecehan yang dialaminya ketika dirinya remaja. Tentu saja, kisah pelecehan tersebut merupakan kisah yang pertama kali diceritakan oleh Paris sendiri.

Paris mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi sekitar 20 tahun yang lalu.

“Saya mengubur kebenaran saya begitu lama,” ujar aktris berusia 39 tahun itu kepada laman People secara eksklusif tentang rasa sakit mental, emosional, dan fisik yang dialami saat berada di Provo Canyon School di akhir tahun 90-an.

“Tapi saya bangga menjadi wanita kuat. Orang mungkin menganggap segala sesuatu dalam hidup saya mudah bagi saya, tetapi saya ingin menunjukkan kepada dunia siapa saya sebenarnya,” jelasnya.

Sebelum menjadi bintang di The Simple Life tahun 2003, Paris Hilton merupakan seorang remaja biasa yang tinggal di Waldorf Astoria Hotel yang sangat dikenal di Kota New York, Amerika Serikat. Di sana dia tinggal bersama kedua orang tuanya yaitu Rick dan Kathy Hilton dan juga ketiga adiknya, Nicky, Barron dan Conrad Hilton. Tentu saja tinggal di kota yang terkenal sebagai kota besar dan fashion tersebut menjadi sebuah tantangan besar untuk Paris.

“Sangat mudah untuk menyelinap keluar dan pergi ke klub dan pesta,” kenang Hilton.

“Orang tua saya sangat ketat sehingga membuat saya ingin memberontak. Mereka akan [menghukum saya] dengan mengambil ponsel saya, mengambil kartu kredit saya, tetapi tidak berhasil. Saya masih akan keluar sendiri," ujarnya.

Karena dirinya yang sangat nakal, orang tua Paris akhirnya mulai lelah dengan tingkah laku yang dilakukan oleh dirinya hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengirim Paris yang saat itu berusia 17 tahun untuk bersekolah di asrama yang memiliki fokus dalam perkembangan perilaku dan juga mental yaitu Provo Canyon School. Di sana Paris menetap selama 11 bulan.

Namun, ketika sesampainya di sekolah asrama tersebut, bukannya merasa senang karena mendapatkan teman baru, Paris malah merasa tersiksa dan merasa bahwa tempat itu lebih buruk dibandingkan tempat-tempat yang lainnya. Hal ini semakin ditambah dengan pelecehan verbal dan juga fisik yang dialami olehnya.

Paris menceritakan bahwa beberapa karyawan yang bekerja di sana pernah mengatakan hal-hal butuk mengenai dirinya bahkan memberikan ancaman kepadanya.

“Saya pikir itu adalah tujuan mereka untuk menghancurkan kami. Dan mereka menganiaya secara fisik, memukul dan mencekik kami. Mereka ingin menanamkan rasa takut pada anak-anak jadi kami akan terlalu takut untuk tidak mematuhi mereka," ungkapnya.

Di dalam film documenter itu, Paris menampilkan tiga orang mantan teman sekelasnya ketika bersekolah di sekolah asrama tersebut. Mereka ternyata juga merasakan hal yang sama dengan Paris selama bersekolah di sana, beberapa perlakuan yang sering mereka dapatkan antara lain dipaksa untuk meminum obat dan ditahan degan pengekangan sebagai sebuah hukuman untuk mereka.

Ketakutan akan pelecehan yang berkelanjutan mulai memengaruhi masa remaja mereka yang pada awalnya penuh dengan semangat untuk bersekolah.

"Saya mengalami serangan panik dan menangis setiap hari,” tutur Paris Hilton.

“Saya sangat sedih. Saya merasa seperti seorang tahanan dan saya membenci kehidupan."

Meski sudah sering mendapatkan perilaku yang enggak menyenangkan, Paris enggak pernah menceritakan hal ini kepada kedua orang tuanya.

“Mungkin setiap dua atau tiga bulan sekali. Kami terputus dari dunia luar. Dan ketika saya mencoba memberi tahu mereka sekali, saya mendapat begitu banyak masalah sehingga saya takut untuk mengatakannya lagi. Mereka akan mengambil telepon atau merobek surat yang saya tulis untuk mengatakan kepada saya, 'Tidak ada yang akan mempercayai Anda.' Dan staf akan memberi tahu orang tua bahwa anak-anak itu berbohong. Jadi orang tua saya tidak tahu apa yang sedang terjadi."

Ketika Paris berusia 18 tahun yaitu pada tahun 1999, dia akhirnya keluar dari sekolah tersebut, namun dirinya tetap enggak berani untuk mengungkap kejadian tersebut kepada orang tuanya atau siapapun.

“Saya sangat bersyukur bisa keluar dari sana, saya bahkan tidak ingin membahasnya lagi,” papar Hilton. "Itu hanya sesuatu yang membuatku malu dan aku tidak ingin membicarakannya."

Setelah sekian lama dia memendam peristiwa tersebut, akhirnya Paris menceritakan semua kejadian buruk yang terjadi kepadanya melalui film documenter mengenai dirinya dan dia sangat berharap bahwa setelah dia menceritakan semua hal ini dia bisa hidup lebih baik lagi.

"Rasanya mimpi burukku sudah berakhir," katanya.

“Dan saya akan menonton film dengan orang tua saya - saya pikir itu akan baik untuk kita, tapi juga emosional. Tidak ada lagi rahasia. "

Paris mengaku bahwa dia enggak akan membawa kejadian pelecehan yang terjadi padanya ke ranah hukum. Dia mengatakan bahwa cerita ini ingin dia jadikan sebagai pelajaran untuk meningkatkan kesadaran tentang apa yang disebut sekolah peningkatan perilaku lainnya yang menurut dirinya masih menerapkan jenis pelecehan fisik dan verbal seperti yang dialaminya begitu lama.

“Saya ingin tempat-tempat itu ditutup,” kata Hilton.

“Saya ingin mereka dimintai pertanggungjawaban. Dan saya ingin menjadi suara bagi anak-anak dan orang dewasa di mana pun yang memiliki pengalaman serupa. Saya ingin hal ini berhenti untuk selamanya dan saya akan melakukan apa pun yang saya bisa untuk mewujudkannya," pungkasnya.

Baca Juga: Berkaca dari Skandal Rebecca Klopper, Ini yang Perlu Dilakukan Orang Tua Jika Anak yang Jadi Korban, Psikolog: Jangan Menyalahkan

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan