Menu

Stop Bercanda dengan Body Shaming, Ini Dampak Psikologisnya pada Korban

08 September 2020 10:05 WIB
Stop Bercanda dengan Body Shaming, Ini Dampak Psikologisnya pada Korban

Ilustrasi bullying (NEA News/Edited by Herstory)

HerStory, Bogor —

Beauty, apakah kamu pernah menjadi korban body shamingBody shaming adalah istilah yang merujuk pada aksi mengkritik dan mengomentari bentuk fisik seseorang. Candaan seperti “Eh, kamu gendutan ya?”, “Makannya banyak sih, pantas saja gendut!”, atau “Kok kamu jadi tambah hitam”. Ungkapan kalimat tersebut kemudian disusul dengan gelak tawa dari orang-orang. Pelaku body shaming biasanya justru merasa hal tersebut dilakukan atas dasar bercanda dan tidak sengaja.

Padahal loh beauty, ada batasan jelas antara bentuk candaan dan hinaan. Hal tersebut bisa dikatakan bercanda jika kedua pihak sama-sama tertawa dan merasa senang. Korban body shaming yang ada di posisi tadi, mungkin ikut tertawa tapi tidak ada yang tahu bagaimana kondisi psikis mereka sebenarnya. Dilansir dari laman Muslimah Daily, Selasa (8/9/2020) ini yang akan terjadi pada kondisi psikologis korban body shaming

Berdampak pada sisi psikologis 

Penelitian menemukan, Body Shaming yang dilakukan masyarakat tidak terlihat secara fisik. Tapi berpengaruh besar pada mental dan psikologis seseorang. Bahkan lebih buruknya dapat berdampak bunuh diri karena depresi yang dialami.

Merasa kesepian yang lebih besar 

Ternyata selain berkurangnya rasa percaya diri secara psikologis, seseorang yang terkena Body Shaming menjadi merasa tidak ada dukungan dari dalam dirinya sendiri mengenai bentuk tubuh yang dimilikinya. Pun ia tidak merasakan dukungan tersebut dari orang lain.

Beban penyakit akan lebih besar 

Khusus untuk yang juga mengalami Fat Shaming / Body Shaming, ia akan melalukan diet paksa tanpa anjuran dokter. Hal ini pastinya membuka peluang lebih besar dirinya terserang berbagai penyakit.

Korban menjadi tertutup 

Seseorang yang terkena Body Shaming akan mengalami kesulitan untuk menjalin relasi atau komunikasi dengan orang-orang sekitar.

Mengalami gangguan psikosomatis

Korban akan mengalami emosi yang naik-turun dengan perilaku orang yang melakukan Body Shaming terhadapnya. Gangguan psikosomatis yaitu gangguan fisik yang dipengaruhi emosi, contohnya pusing, sakit perut, mual, dan gangguan tidur.

Jadi untuk menghindari kejadian tersebut, kita harus bisa menerima diri sendiri dan bersyukur. Dengan menerima diri sendiri, kita pun tidak akan terdorong untuk membicarakan bentuk, ukuran, dan penampilan seseorang.

Stop body shaming and start to love yourself !

Baca Juga: Kerap Kena Body Shaming, Aurel Hermansyah Sempat Insecure dan Trauma dengan Omongan Netter: Orang Kok Jahat Banget Ya...

Baca Juga: Moms-Dads Pahami, Ini Dampak Buruk Kebiasaan Toxic Parents untuk Psikologis Si Kecil, Mending Jauhi!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.