Menu

Kenali Soal Blaming Culture, Kondisi yang Dapat Picu Depresi pada Orang Tua Bayi

06 Juli 2022 15:00 WIB
Kenali Soal Blaming Culture, Kondisi yang Dapat Picu Depresi pada Orang Tua Bayi

Illustrasi Baby Blues (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Medan —

Menjadi orang tua bayi adalah tantangan baru dalam kehidupan seseorang. Apalagi tak jarang terjadi fenomena blaming culture yang menimpa orang tua.

Para spesialis anak melarang blaming culture dalam bentuk apapun khususnya yang ditujukan kepada orang tua bayi. Lantas apa yang dimaksud dengan blaming culture?

Blaming culture merupakan budaya melimpahkan kesalahan kepada orang tua atas segala hal yang menimpa anaknya. Biasanya, jika sang anak sakit maka orang tua yang disebut sebagai penyebabnya.

"Jika anaknya kembung, ibunya akan disalahkan dengan argumen 'Ah ASI-nya jelek nih', anaknya jarang BAB akan dibilang ibunya nih pasti makannya yang aneh aneh', anaknya ileran 'Ibunya nih ngidam nggak diturutin'. Semua hal yang terjadi pada bayi, ibu akan disalahkan oleh masyarakat," ujar dr. Lucky Yogasatria, Sp.A melansir unggahan Instagram pribadinya.

Ia menjelaskan bahwa blaming culture berisiko menyebabkan depresi bagi orang tua. Selain itu, tindakan ini sama sekali tak bermanfaat sebab tak akan menyelesaikan masalah.

Seorang ibu yang baru melahirkan rentan mengalami depresi. Apalagi bagi ibu baru perasaan gugup dan cemas sebelum melahirkan akan menumpuk. 

Perasaan bahagia pascamelahirkan akan bercampur dengan kecemasan. Oleh karena itu, sang ibu sangat rentan mengalami perubahan suasana hati bahkan hingga gangguan psikologis yang lebih parah, seperti depresi.

Baca Juga: Benarkah Para Moms Setelah Melahirkan Harus Minum Jamu? Simak Faktanya dari Dokter Moms!

Baca Juga: Ibu Muda Wajib Tahu! Ini 5 Makanan yang Bisa Bantu Lancarkan Proses Persalinan, Nomor 2 Gak Disangka Banget?!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan