Ilustrasi cacar monyet. (Shutterstock/Edited by HerStory)
Beauty, lebih dari 75 negara telah melaporkan wabah cacar monyet atau Monkeypox saat ini. Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyatakannya sebagai darurat kesehatan global dan menyoroti kemungkinan bahaya yang terkait dengannya.
Karena itu, mengingat jumlah kasus cacar monyet yang mengkhawatirkan, penting untuk tetap waspada dan mengambil tindakan yang tepat terhadap virus tersebut.
Monkeypox adalah infeksi zoonosis virus langka yang termasuk dalam keluarga virus yang sama dengan virus variola, virus yang menyebabkan cacar.
Demam, sakit kepala, sakit otot/sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, kelelahan dan masalah pernapasan tertentu adalah gejala umum dari penyakit virus ini.
Penularan cacar monyet dapat terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung virus atau kontak langsung dengan cairan tubuh yang mengandung virus. Karena itu, penting untuk menghindari kontak langsung dan dekat dengan orang yang terinfeksi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), cacar monyet dapat menyebar ke siapa saja melalui kontak dekat, pribadi, sering kali dari kulit ke kulit, termasuk kontak langsung dengan ruam cacar monyet, keropeng, atau cairan tubuh dari orang yang menderita cacar monyet.
Karena itu, aktivitas yang mencakup kontak intim seperti seks oral, anal, dan vaginal atau menyentuh alat kelamin, memeluk, memijat, mencium, dan kontak tatap muka yang berkepanjangan juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena virus.
Lantas, apakah cacar monyet merupakan penyakit menular seksual? Pertanyaan ini saat ini ada di benak banyak orang.
Sementara para ahli tak memiliki laporan konklusif tentang hal yang sama, sebuah studi baru-baru ini oleh The Lancet menemukan bahwa virus cacar monyet dapat bertahan dalam air mani selama berminggu-minggu setelah pemulihan.
Setelah menilai pelepasan virus dalam sampel air mani yang dikumpulkan 5-19 hari setelah timbulnya gejala pada seorang pasien, Francesca Colavita, seorang peneliti dari Laboratorium Virologi, Institut Nasional untuk Penyakit Menular 'Lazzaro Spallanzani' (IRCCS), Italia, mengatakan, temuan mendukung bahwa pelepasan DNA virus monkeypox yang berkepanjangan dapat terjadi dalam air mani pasien yang terinfeksi selama berminggu-minggu setelah timbulnya gejala.
Otoritas kesehatan telah menyatakan bahwa virus ini bukan penyakit menular seksual dan siapa pun dapat tertular penyakit ini melalui kontak dekat.
CDC juga memperingatkan agar kita tak menyentuh kain dan benda yang digunakan oleh penderita cacar monyet dan yang belum didesinfeksi, seperti tempat tidur, handuk, pakaian.
Diyakini bahwa seseorang dengan cacar monyet dapat menyebarkan virus ke orang lain sejak gejala dimulai hingga ruam sembuh total dan lapisan kulit baru terbentuk. Penyakit ini biasanya berlangsung 2-4 minggu, sesuai dengan kesehatan tubuh.
Faktanya, monkeypox menyebar melalui kontak kulit-ke-kulit yang berkepanjangan dengan lesi atau cairan tubuh yang mengandung virus. Namun, menurut CDC, kontak dengan sekresi pernapasan juga dapat meningkatkan peluang terkena penyakit ini.
Menurut CDC, virus cacar monyet dapat menyebar dari sekresi pernapasan atau pada titik mana selama infeksi seseorang dengan gejala cacar monyet mungkin lebih mungkin menyebarkan virus cacar monyet melalui sekresi pernapasan.
Meskipun ini tidak mengkonfirmasi bahwa cacar monyet dapat menyebar melalui sekresi pernapasan, badan kesehatan tidak sepenuhnya menyangkal teori tersebut.
Pejabat kesehatan juga telah memperingatkan agar kita tak melakukan kontak dengan orang-orang yang mungkin menunjukkan gejala pernapasan seperti batuk, bersin, dan sakit tenggorokan yang terkait dengan cacar monyet.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.
Share Artikel: