Menu

5 Penyebab Resesi Seks yang Terjadi di China, Angka Kelahiran Merosot Tajam

22 Agustus 2022 15:05 WIB
5 Penyebab Resesi Seks yang Terjadi di China, Angka Kelahiran Merosot Tajam

Ilustrasi pasangan yang mengeluhkan saat berhubungan seksual. (Freepik/elnurfreepik)

HerStory, Medan —

Belum lama ini China melaporkan bahwa negaranya tengah mengalami resesi seks yang menyebabkan turunnya tingkat kelahiran dalam satu dekade terakhir. Angka kelahiran di China mencapai tingkat terendah sejak tahun 1960-an. 

Pada tahun 2020 angka kelahiran di China menjadi yang terendah dalam 43 tahun terakhir. Berdasarkan catatan Biro Statistik Nasional China hanya ada 8,52 per seribu orang.

Tak hanya itu, badan resmi pemerintah China itu mencatat jika tingkat pertumbuhan alami populasi masyarakat menyumbang 1,45 per seribu, sehingga menjadi nilai terendah dalam 43 tahun.  Sementara, angka kelahiran baru di China dengan jumlah populasi sekitar 1,4 miliar diperkirakan akan mencetak rekor kelahiran terendah tahun ini.

Ahli demografi China juga mengungkapkan angka tersebut diperkirakan akan  turun di bawah 10 juta, dari semula di angka 10,6 juta bayi yang lahir per 2021.  Diduga telah terjadi resesi seks di China sehingga menyebabkan kemerosotan angka kelahiran.

Resesi seks merupakan menurunkan tingkat gairah pasangan untuk berhubungan seksual, menikah, hingga memiliki anak. Tak hanya China, ada beberapa negara lain yang juga mengalami hal ini.

Penyebab resesi seks

1. Menemukan 'kesenangan' seksual dengan cara lain 

Kemudahan mengakses internet juga membuat seseorang mengakses laman pornografi yang kemungkinan berkontribusi dalam lonjakan tingkat masturbasi dengan resesi seks. Tanpa melakukan hubungan seksual, seseorang dapat mencapai kepuasan lewat konten pornografi.

Selain di China, kaum muda di Jepang memandang jika seks sebagai aktivitas yang melelahkan. Beberapa di antara mereka akan lebih sering mengunjungi toko onakura untuk melakukan masturbasi di depan karyawan wanita. 

2. Menganggap aktivitas seks menyakitkan

Penyebab resesi seks lainnya yaitu anggapan jika seks adalah aktivitas yang menyakitkan. Dalam sebuah penelitian di tahun 2012 oleh Debby Herbenick, seorang peneliti aktivitas seks di University of Indiana di Bloomington, terdapat sebanyak 30 persen wanita merasakan sakit saat terakhir kali mereka melakukan hubungan seksual. 

3. Permasalahan ekonomi 

Menurut ahli epidemiologi asal Swedia Peter Ueda dan rekannya yang telah menganalisis data Amerika Serikat dari 4.291 pria dan 5.213 wanita, menemukan  antara tahun 2000 hingga 2018 an, tidak aktifnya kegiatan seksual meningkat di antara pria yang berusia 18-24 tahun dan 25-34 tahun. Sedangkan pada wanita berusia 25-34 tahun. 

Pria dengan pendapatan lebih rendah atau tidak bekerja akan cenderung lebih tidak aktif secara seksual, termasuk pria dan wanita yang masih pelajar. Hal ini terjadi karena masih banyak remaja yang tinggal bersama orang tua karena mereka belum bekerja, sehingga menjadikan mereka sulit untuk menemukan pasangan.

4. Tingkat pernikahan yang lebih sedikit 

Resesi seks dapat terjadi karena tingkat pernikahan yang cenderung menurun. Mereka yang telah menikah umumnya akan mengatakan jika lebih banyak aktivitas seksual daripada mereka yang belum menikah. Sekarang ini, lebih sedikit anak muda yang mau untuk menikah atau berpasangan, sehingga menyebabkan lebih sedikit orang yang berhubungan seks. 

5. Stres karena pekerjaan dan kelelahan

Stres karena pekerjaan dan kelelahan juga kemungkinan menjadi penyebab adanya resesi seks. Orang-orang yang seharian bekerja dan menanggung banyak beban, pada akhirnya mereka akan merasa Kelelahan dan tidak mendapatkan mood untuk behubungan seks.

Baca Juga: Biaya Lahiran dengan Water Birth Seperti Nikita Willy, Berapa Sih Harganya?

Baca Juga: Bikin PakSu Klepek-klepek, Ini 7 Posisi Seks yang Bikin Pria Mabuk Kepayang dan Terbang Lupa Daratan! Mau Buktikan Gak Moms?

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan