Ilustrasi seorang ibu yang memarahi anaknya (Pinterest/Edited by HerStory)
Sebagian besar orangtua mungkin pernah menakit-nakuti anak mereka ketika masih kecil. Hal ini sangat sering dilakukan para orangtua lantaran sangat senang melihat ekspresi ketakutan anak atau untuk menghindarinya melakukan perbuatan tak terpuji.
Ambil contohnya, “Jangan nakal ayo minta maaf, kalau enggak mau nanti kamu ditangkap Pak Polisi!” atau “Makanannya harus dihabiskan, kalau masih sisa nanti dimakan setan”.
Selain dipicu kalimat-kalimat tersebut, anak yang takut pada suara keras, takut sendirian, takut gelap, dan ketakutan lain juga bisa disebabkan oleh taktik orang tuanya yang suka menakut-nakuti.
Berikut adalah beberapa dampak menakut-nakuti yang mungkin akan dialami oleh anak.
Efek menakut-nakuti anak lainnya yakni akan dapat menurunkan kepercayaan anak. Pasalnya, kebiasaan ini sama hal dengan membohongi anak.
Apalagi jika orang tua terbiasa menggunakan hal-hal aneh untuk menakut-nakuti anak. Tentu, hal ini akan mengakibatkan si Kecil jadi kehilangan kepercayaan pada orang tuanya.
Anak sering ditakut-takuti memungkinkan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri rendah.
Pasalnya, saat anak ditakut-takuti mereka akan berpikir bahwa tindakan yang dilakukannya salah.
Tak jarang, dapat menimbulkan perasaan insecure terlebih lagi ketika harus membangun hubungan dengan orang lain atau bersosialisasi.
Salah satu dampak suka menakut-nakuti anak akan menimbulkan rasa khawatir dan cemas yang berlebihan pada anak, terutama saat sendirian.
Terkadang, rasa cemas yang berlebihan ini membuat anak tak tenang hingga sulit untuk tidur bahkan mengalami mimpi buruk.
Pasalnya, kontrol emosi pada anak dengan orang dewasa sangat berbeda. Anak sulit untuk menenangkan diri, sehingga apa yang dipikirkan bisa terbawa saat akan tidur.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.