Ilustrasi ibu memarahi anak di tempat umum. (vt.co/Edited by HerStory)
Mungkin Moms tak menyadari sering mengatakan sesuatu yang bernada mengancam pada anak, saat ia tak mau nurut dan susah diatur. Misalnya "Jangan main jauh-jauh ya, nanti Mama cubit!".
Moms mungkin tak bermaksud benar-benar ingin menghukum anak. Namun tanpa disadari, kalimat seperti itu juga merupakan ancaman, yang bisa membuat anak jadi trauma! Merangkum dari berbagai sumber, Selasa (17/11/2020) berikut dampak negatifnya.
Bila Moms terbiasa menggunakan ancaman bila ingin anak melakukan sesuatu, maka anak akan terbiasa mengabaikan Moms. Akibatnya, Moms perlu selalu meningkatkan atau memberi ancaman yang ‘lebih keras’ daripada yang sebelumnya.
Di periode emas usia 0-5 tahun, rasa ingin tahu balita tentu sangat besar, dan itu bisa terpatahkan jika Moms sering mengancam anak. Akibatnya, anak tumbuh menjadi sosok penakut karena setiap penasaran, Moms selalu melarangnya bahkan mengancamnya.
Setiap ingin mengetahui sesuatu, belum-belum Moms sudah memberinya ancaman yang mengekangnya. Tentu saja ini bisa membuat Si Kecil tak percaya diri atau selalu merasa tak mampu mencoba hal-hal baru. Moms tentu enggak mau dong, Si Kecil tumbuh menjadi sosok yang enggak PD seperti ini?
Semua yang ingin ia coba, harus atas seizin Moms, dan seringkali berakhir dengan larangan atau bahkan ancaman. Akhirnya, anak tak pernah belajar mengambil keputusan, karena keburu takut dengan ancaman-ancaman orang tuanya. Ini pola asuh yang tak baik ya, Moms. Melindungi boleh saja, tapi jangan sampai mengekang Si Kecil dengan ancaman.