Menu

Bantu Kudus Kurangi Timbunan Sampah, Bakti Lingkungan Djarum Foundation Ubah Sampah Organik Jadi Pupuk Kompos: Sehari Hasilkan 50 Ton

23 November 2022 22:00 WIB

Proses pengomposan dari hasil sampah organik di PPT Kudus (Djarum Foundation/Edited by Herstory)

HerStory, Kudus —

Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) terus fokus oada targetnya dalam menyelamatkan bumi. Bukan hanya menggaungkan program Siap Darling, BLDF juga memproduksi berbagai jenis bibit tanaman dan pupuk kompos. 

Bukan hanya digunakan dalam program penghijauan yang berjalan, juga diberikan kepada masyarakat secara gratis

"Jadi, kalau ada yang minta, biasanya kita sesuaikan dengan kondisi area penanaman seluas apa, penanaman dengan jarak berapa," ujar Abdurrachman Aldilla, Program Associate Bakti Lingkungan Djarum Foundation, Rabu (23/11/2022).

Kendati diberikan secara gratis, masyarakat tetap harus bertanggung jawab lewat MoU yang sudah disepakati. 

"Kita kasih gratis ke masyarakat, cuma kita kerja samanya untuk tanggung jawab itu kita kasih MoU bahwa dia bersedia dia untuk menanam dan merawat tanaman itu agar tidak disalahgunakan dan beneran dirawat," jelasnya. 

Lebih lanjut, Aldi sapaannya itu menjelaskan bila BLDF membantu kota Kudus dalam mengurangi timbunan sampah lewat mengolah sampah oraganiknya. 

"Nah, sampah organik kota Kudus ini kalau kota cek itu timbunan sampah per harinya bisa sampai 400 ton. Itu biasanya masuk TPA dan enggak ada pengolahan yang cukup advand di sana, sehingga dicampur antara organik dan anorganik," terangnya.

Demi melancarkan program tersebut, BLDF mengajak mitra setemoat untuk bekerjasama dalam memilah sampah organik. Tercatat, hingga saat ini sudah ada 260 mitra yang ikut bekerjasama dengan BLDF. 

"Tujuan kita membantu pemerintah dan TPA supaya tidak semuanya di buang ke TPA, jadi kita kerjasama dengan sumber-sumber sampahnya di mitra-mitra, kayak restoran, pasar, sekolah, pesantren, itu mulai kita edukasi dan kerjasama untuk memilah sampah organik dan kemudian diolah," ucap Aldi. 

"Hasil sampah organiknya itu kompos. Selain kita gunakan untuk program-program penghijauan yang kita lakukan, itu yang kita bagikan ke masyarakat," sambungnya. 

Public Affairs Foundation, Amrul Hamzah, menjelaskan proses pengomposan dari sampah organik tersebut. 

Mulanya, sampah organik yang sudah dipilah dilakukan pencacahan, lalu diayak, dan kemudian di-mixer dengan ditambahkan kotoran ayam dan bakteri. Setelahnya, dibawa ke lahan untuk proses fermentasi selama 6 bulan. 

"Sehari bisa 50 ton lebih pupuk yang bisa dihasilkan," tambah Amrul. 

Adapun prosedur atau mekanisme untuk mendapatkan bibit tanaman dan pupuk kompos secara gratis, Aldi menjelaskan adanya proposal pengajuan lebih dulu. 

"Untuk prosedurnya, untuk skala besar itu bisa melalui surat atau proposal, nanti kita seleksi kemudian kita hubungi untuk pengambilan bibitnya. Nanti, setelah setuju akan ada MoU," jelas Aldi. 

Tak ada batasan dalam meminta bibit atau pupuk kompos, yang jelas asal ada komitmen untuk bisa merawat apa yang diberi. 

" Kesanggupan dari yang minta (enggak ada maksimal atau minimal minta bibit/kompos tanaman). Kalian sanggup merawatnya, kalian sanggup kita cek nantinya dan akan kita kasih," tukasnya.