Menu

Isu Ancaman Resesi Tahun Depan, Pakar Keuangan Ken Handerson Beri Saran Lakukan Ini!

25 November 2022 06:05 WIB

Pakar Keuangan sekaligus Founder of @gatherich, Ken Handerson (kanan). (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, apakah kamu pernah mendengar tentang isu resesi belakangan ini? Sejumlah lembaga memperkirakan perekonomian global akan masuk jurang resesi pada tahun depan. Dampak dari kenaikan suku bunga yang signifikan dalam waktu singkat disertai lonjakan inflasi akan memukul berbagai sektor ekonomi.

Nah Beauty, resesi sendiri adalah kondisi pertumbuhan ekonomi riil tumbuh negatif atau dengan kata lain terjadi penurunan produk domestik bruto selama dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun berjalan.

Terkait hal tersebut, Pakar Keuangan sekaligus Founder of @gatherich, Ken Handerson, mengatakan bahwa resesi ekonomi global memang telah membuat kekhawatiran di banyak negara. Namun, perekonomian Indonesia masih tumbuh positif. 

Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi negara masih mampu tumbuh lebih dari 5% (year on year) pada kuartal III-2022. 

“Ini adalah berita menggembirakan, akan tetapi kita tetap perlu waspada akan ketidakpastian global,” kata Ken, saat acara Fun Talk Show bertajuk ‘Resesi Global, Kesempatan atau Ancaman?’, dalam rangka merayakan ulang tahun Super You ke-3, di Maikeru Japanese Dinning, di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Kamis (24/11/2022).

Ken lantas menuturkan, salah satu hal yang dapat terjadi sebagai dampak ketidakpastian global ini adalah potensi kenaikan suku bunga demi memperlambat inflasi. Ketika suku bunga naik dapat membuat perlambatan ekonomi. 

“Adapun, dampak yang akan dirasakan adalah kemampuan daya beli masyarakat melemah karena berkurangnya penghasilan dan pengeluaran yang tinggi akibat harga kebutuhan pokok naik secara berkepanjangan,” paparnya.

Lebih lanjut, Ken Handerson mengatakan bahwa jika terjadi kejadian tak terduga saat resesi ekonomi, maka kerugian yang harus ditanggung bisa jadi semakin besar, karena ada kemungkinan terjadi penurunan penghasilan.

“Bila dari saat ini kita tidak memiliki jaring pengaman finansial, maka akan sulit bertahan saat resesi,” ujar dia.

Ken lantas menyarankan agar masyarakat memprioritaskan keselamatan diri dan keuangan keluarga dalam menghadapi resesi ekonomi, caranya melalui asuransi jiwa dan kesehatan. 

Nah, untuk mempersiapkan dana asuransi, Ken juga menyinggung soal arus kas positif, yakni pemasukan lebih besar dari pengeluaran. Menurutnya, selisihnya dapat digunakan untuk melunasi utang. 

“Jika utang sudah lunas atau nilainya berkurang maka akan lebih leluasa menyiapkan dana darurat dan asuransi, lalu bisa berinvestasi,” ujar Ken.

Ken juga bilang bahwa risiko finansial yang besar kebanyakan berasal dari kebutuhan dana berjumlah besar dan cepat, seperti untuk biaya pengobatan atau berhentinya sumber pendapatan secara mendadak karena pencari nafkah tidak dapat lagi bekerja atau tutup usia. 

“Karenanya, peran asuransi sangat penting untuk menjaga kondisi finansial keluarga dari dua risiko besar tersebut. Bagi yang sudah memiliki asuransi dapat meninjau kembali apakah nilai proteksinya sudah memadai menghadapi resesi,” tandas Ken.