Menu

Penemu Kasus Pertama AIDS di Indonesia Prof. Zubairi Djoerban Ungkap Sederet Pesan Penting di Hari AIDS Sedunia, Yuk Simak Beauty!

02 Desember 2022 19:09 WIB

Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus penemu kasus pertama AIDS di Indonesia, Prof. Zubairi Djoerban. (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, tanggal 1 Desember kerap diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Adapun, peringatan Hari AIDS Sedunia 2022 kali ini mengusung tema Equalize.

Itu artinya, tema Equalize menuntut adanya undang-undang atau kebijakan yang mengatur stigma dan eksklusi yang dihadapi pengidap HIV. Dengan demikian, kehadiran mereka bisa dihormati dan diterima dengan layak oleh publik.

Terkait hal itu, Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus penemu kasus pertama AIDS di Indonesia, Prof. Zubairi Djoerban, menyampaikan pesan di Hari AIDS Sedunia 2022 ini.

Mantan Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu menegaskan bahwa Hari AIDS Sedunia bukanlah hari yang ditetapkan sebagai bentuk perayaan, melainkan hari yang ditujukan sebagai peringatan akan pentingnya pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus).

“Memperingati Hari AIDS Sedunia 2022, dan saya selalu ingatkan. Ini bukan perayaan, tapi peringatan mengenai pentingnya pencegahan penyebaran HIV,” tutur Prof. Zubairi, saat acara Diskusi Terbuka dengan Media dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia, di Anomali Coffe Senopati, Jakarta Selatan, Kamis (1/12/2022) malam.

Lebih lanjut, Prof. Zubairi juga menuturkan bahwa peringatan Hari AIDS Sedunia kali ini, harus menjadi momentum kampanye bahwa orang dengan HIV/AIDS alias ODHA memiliki hak yang sama dengan orang lain. Dia pun meminta masyarakat untuk menghentikan stigma-stigma negatif terhadap para penderita HIV/AIDS

“Hari AIDS Sedunia (untuk) memposisikan ODHA setara dengan manusia lainnya tanpa diskriminasi,” imbuhnya.

Terkait masifnya penyebaran HIV sendiri, Prof. Zubairi menilai, hal ini bisa diakibatkan beberapa faktor. Gak cuma dari hubungan seksual, faktor lainnya bisa karena keturunan hingga penggunaan alat suntik yang tak steril.

"Penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkotika juga menjadi faktor penyebaran virus tersebut. Kemudian, transfusi darah juga bisa jadi media penyaluran virus HIV/AIDS," imbuhnya.

Gak cuma itu, Prof. Zubairi juga menyayangkan banyak pasien HIV/AIDS yang putus meminum obat karena merasa sudah bugar.

"Sayangnya yang putus obat cukup banyak, putus obat yang banyak ini kemudian setelah 1 tahun, kondisinya menurun. Padahal, pemerintah sudah menyediakan obat Anti Retroviral (ARV) gratis seumur hidup. Jadi seharusnya, pasien-pasien HIV/AIDS gak ada alasan berhenti minum obat," kata Prof. Zubairi.

Lebih lanjut, Prof. Zubairi pun menuturkan bahwa seorang pasien HIV/AIDS dapat hidup normal, bugar dan sehat serta fit.

"Intinya, jangan sampai putus obat kalau Anda HIV AIDS. Minumlah obat teratur secara maka Anda tak lagi sakit, tidak menularkan, dan bisa produktif," tegas dia.

Selain dapat menjalani hidup normal dengan pengobatan yang tepat, kata Prof. Zubairi, ODHA juga harus menjaga kesehatannya dengan berolahraga.

Kata dia, ODHA dapat melakukan jenis aktivitas fisik dan olahraga yang sama seperti layaknya orang sehat. Beberapa aktivitas fisik dan olahraga tersebut, seperti berjalan cepat, lari, menari, dan lainnya.

"Gak cuma ODHA, semua orang itu untuk hidup sehat harus olahraga minimal 150 menit seminggu, jadi kalau olahraga setengah jam sehari, minimal 5 kali seminggu," kata Prof. Zubairi.

"Olahraganya boleh apapun, bisa sekadar jalan cepat, sepeda statis, poco-poco, tobelo, kiri-kanan, Maumere," lanjutnya seraya terenyum.

Gak cuma olahraga, Prof. Zubairi pun mengingatkan kita maupun ODHA untuk mencukupi asupan makanan bergizi.

"Selain itu, hidup sehat juga harus kombinasi makan sayur dan buah, usahakan 5 kali sehari. Jadi misal sayur 3 kali, buah 2 kali atau sayur 2 kali, buah 3 kali. Setop rokok, setop alkohol, dan perbanyak mengobrol dengan orang sekitar agar kita lebih kuat," pungkasnya.