Kain ikat Sikka. (Nailul Iffah/HerStory)
Beauty, dibanderol dengan harga fantastis, tak heran kain tenun jadi barang premium dan hanya dikenakan oleh orang-orang tertentu.
Tenun adalah salah satu kekayaan kebudayaan yang diwarisi secara turun temurun, salah satunya kain tenun ikat Sikka yang berasal dari pulau Sikka.
Proses menenun membutuhkan waktu cukup lama, terlebih jika ingin mendapatkan motif yang indah, tentu membutuhkan ketukanan dan kesabaraan ekstra saat menenun kain.
Keistimewaan kain tenun dari Pulau Sikka ini adalah semua kain menggunakan pewarna alami dari alam, campuran dari satu tanaman ke tanaman lain dan terciptalah warna-warna nan indah.
Meski awalnya masyarakat Sikka memakai pewarna kimia, namun setelah mendapatkan edukasi dari Pendopo, mereka mulai menggunakan pewarna alami.
"Di sini semuanya memakai pewarna alami, memang dulu sebagian besar menggunakan pewarna kimia. Jadi kami ingin mendorong lagi agar kembali ke alami. Karena bahan kimia itu bisa merusak tangan dan kesehatan mama-mama di Sikka," jelas Tasya Widya Krisnadi, Direktur Pendopo, saat acara Media Briefing 'Benang Merah Sikka', di Pendopo Alam Sutera, Mal Living World, Tangerang Selatan, Kamis (9/2/2023).
Karena prosesnya alami, semuanya berasal dari alam, warna dari tenun ikat Sikka ini tampak beda dari kain tenun pada umumnya.
Sebelum mulai menenun, biasanya para pengrajin melakukan ritual pada leluhur guna mendapatkan inspirasi. Biasanya pengrajin berdoa dan puasa, memohon kepada sang leluhur ketika mengalami kesulitan dan agar tenun yang dihasilkan pun terlihat indah.
Umumnya, kain tenun Sikka ini dipakai dalam keseharian, acara adat, atau bahkan bertukar dengan orang dari dataran tinggi. Menariknya, tersimpan makna dan arti yang berbeda di setiap motif kain tenun. Ada perbedaan motif yang dikenakan oleh anak-anak, remaja, orang dewasa dan lansia.
"Tenun ini tidak hanya indah tapi kaya akan filosofi, mengandung cerita yang tersirat dari Tenun ini," ucap Tasya Widya Krisnadi.
Ketika pengrajin mendapati hasil tenunannya indah dengan sentuhan warna-warna yang membuat hati terasa damai saat melihatnya, mereka pun kembali melalukan ritual.
"Saking senengnya mereka syukuran, memanggil pemuka agama untuk berdoa, bersyukur karena sudah berhasil memenuhi sesuai keinginan Pendopo," tambah Tasya.
"Kenapa saya memilih tenun, karena saya ingin membantu melestarikan budaya. Tak hanya batik tapi saya juga ingin memperkenalkan tenun ke dunia dan diminati banyak orang," tutup Tasya.
Nah Beauty, kini kain tenun ikat Sikka bisa dimiliki oleh semua kalangan dan harganya pun ramah kantong. Pasalnya, Pendopo memadukan kain tenun dengan bahan lain seperti linen atau katun, hal ini guna menekan harga tenun yang fantastis.
Kain tenun tak dicuci dengan sembarangan deterjen, biasanya tenun dicuci dengan menggunakan shampo bayi. Namun sebaiknya, jangan langsung mencuci tenun sesudah digunakan, cukup diangini saja agar bisa dipakai kembali. Tertarik memilikinya, Beauty?