Menu

Moms, Yuk Kenali Tanda Anak Alami Kekerasan Seksual, Waspadai dari Sekarang!

16 Februari 2023 10:50 WIB

Stop kekerasan seksual pada anak (Focus for Health)

HerStory, Jakarta —

Kekerasan seksual pada anak sangat harus diwaspadai. Namun, terkadang banyak anak yang gak berani untuk bercerita dan mengatakan jika dirinya sebagai korban dari kekerasan seksual.

Lalu, bagaimana jika hal itu terus berlanjut saat anak sulit untuk jujur?

Dalam hal ini peran orang tua sangat amat penting, bahkan orang tua sendiri pun gak bisa mengenali jika anaknya mengalami kejadian itu.

Namun gak perlu khawatir lagi moms, moms bisa kenali beberapa tanda jika anak alami kekersan seksual seperti yang dikatakan oleh Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Eva Devita SpA(K).

Dokter Eva menyebutkan tanda pertama bila anak mengalami kekerasan seksual, yakni perubahan perilaku misalnya anak cemas, depresi, anak yang tadinya ceria menjadi pendiam, takut bertemu orang asing, bahkan mungkin menghindari pelaku.

Sambungnya, anak juga cenderung menarik diri. Pada anak usia remaja, kadang-kadang bisa menunjukkan perilaku percobaan bunuh diri, performa di sekolah menurun dan berkurangnya konsentrasi.

Tanda lainnya yang patut orangtua waspadai, kata Eva, munculnya keluhan-keluhan gak jelas dari anak seperti menolak untuk pergi ke sekolah, sakit perut, sakit kepala dan sebagainya.

Anak juga bisa mengalami gangguan makan dan tidur seperti gak nafsu makan, gak mau makan, memuntahkan makanan yang sudah dimakan (bulimia), mimpi buruk dan sulit tidur.

"Ada keluhan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) seperti suka kecipirit, mengeluh nyeri saat BAK dan BAB, ada gatal, cairan atau kotoran yang keluar dari vagina, serta ada luka di kemaluan atau anus," bebernya lagi dilansir dari sindikasi Dewiku.com, Kamis (16/2/2023)

Penelitian menunjukkan, anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual bisa mengalami depresi, rasa bersalah pada diri sendiri, kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain dan suka berganti pasangan di usia remaja.

Mereka juga empat kali lebih mungkin mengalami perilaku atau upaya bunuh diri, empat kali lebih besar melakukan hubungan seksual sebelum usia 15 tahun, serta 4,5 kali lebih mungkin mengalami depresi.

Dampak ini, sambung dia, tergantung juga pada sejumlah faktor antara lain usia anak saat mengalami kekerasan, frekuensi dia mengalami kekerasan dan derajat beratnya kekerasan yang dialami.

Selain itu, hubungan anak dengan pelaku juga berpengaruh sehingga apabila pelaku ini orang terdekatnya, maka bisa meningkatkan rasa cemas dan memengaruhi kepribadian serta kondisi sosial dan emosional anak.

"Memang ada faktor protektif seperti dukungan keluarga dan teman sebaya yang bisa mengurangi dampak-dampak itu," kata Eva.