Menu

Waspadai Hipertensi si Pembunuh Senyap, Dokter Anjurkan untuk Lakukan Pemeriksaan Rutin Kondisi Tekanan Darah, Cek di Sini!

24 Februari 2023 18:18 WIB

17th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2023 (Noorma/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Moms, hipertensi masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama seluruh masyarakat di Indonesia sebab jumlah pasien tak kunjung berkurang dalam satu dekade terakhir.

Oleh karena itu, upaya pencegahan hipertensi yang optimal dan tatalaksana hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan risiko kesakitan, komplikasi, bahkan risiko kematian dini.

“Survei nasional di Indonesia tahun 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi adalah 34,1%, tidak berbeda dengan hasil survey nasional tahun 2007 yang besarnya 31,7%. Tak berubahnya jumlah penyandang hipertensi dari tahun ke tahun bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara lain termasuk negara maju seperti Amerika,” ungkap dr. Erwinanto, Sp.JP(K),FIHA, selaku Ketua InaSH, saat acara '17th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2023', di Jakarta, Jumat (24/2/2023).

Ia menambahkan bahwa tingginya angka penderita diabetes bergerak lurus dengan peningkatan kematian akibat komplikasi hipertensi.

“Tingginya jumlah penyandang hipertensi menjadi beban berupa tingginya angka kesakitan dan kematian penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal kronik. Hipertensi bertanggung jawab terhadap sebagian beban biaya yang tinggi untuk penyakit jantung-pembuluh darah, stroke dan gagal ginjal di Indonesia,” sambungnya.

Moms, yang menjadi kesalahan banyak penderita diabetes adalah kegagalan untuk memantau tekanan darah secara rutin. Jika satu kali pemeriksaan tekanan darah gak tinggi, bukan berarti penderita dinyatakan sembuh, lho.

Untuk mengantisipasi komplikasi, dr. Erwinanto menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Ada beberapa tingkatan tekanan darah, yaitu:

  • 130-139/85-89 mmHg: tekanan darah normal tinggi; berpotensi menderita hipertensi di masa mendatang

  • 140/90 mmHg atau lebih: tekanan darah tinggi atau hipertensi

“Sebuah penelitian menunjukkan risiko menjadi hipertensi 2 tahun ke depan adalah 40% jika tekanan darah 130-139/85-89 mmHg. Jika tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, berisiko mengalami penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal yang jauh lebih besar dibandingkan mereka dengan tekanan darah lebih rendah,” terangnya.

Oleh karena itu, jika kamu memiliki tekanan darah 130-139/85-89 mmHg atau lebih maka diperlukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, seperti melakukan olahraga teratur, menurunkan berat badan, hingga mengurangi asupan garam.

Sedangkan seseorang dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih mungkin membutuhkan obat. Namun, diagnosa lebih lanjut harus dilakukan oleh dokter dan kemudian ditentukan apakah pasien perlu terapi obat atau enggak.

Kembali menegaskan soal pentingnya pemeriksaan, dr. Djoko Wibisono, Sp.PD-KGH, selaku Sekretaris Jenderal InaSH, menjelaskan bahwa kerap pasien hipertensi datang dengan keluhan lain namun terdeteksi memiliki tekanan darah tinggi. Inilah yang membuat hipertensi dijuluki sebagai The Silent Killer atau Si Pembunuh Senyap.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan rutin sebab sekali pemeriksaan saja gak cukup, Beauty. Jika pada pemeriksaan kedua kamu masih memiliki tekanan darah yang tinggi, maka itu menjadi indikasi terjadi hipertensi

“Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 terjadi kenaikan angka kejadian kasus hipertensi di Indonesia menjadi 34,11i 25,8% pada tahun 2013. Hipertensi terjadi ketika tekanan darah seseorang terdeteksi lebih dari 140/90 mmHg pada 2 kali pemeriksaan yang berbeda saat pengukuran di klinik atau fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan alat ukur tekanan darah yang sudah tervalidasi,” terang dr. Djoko.

Artikel Pilihan