Hubbiy Rasyadarya (istimewa)
Moms, biasanya anak 10 tahun hanya tahu bermain dan sekolah saja, berbeda dengan Hubbiy Rayadarya yang sudah punya banyak prestasi di berbagai bidang. Prestasi Hubbiy itu bukan hanya di tingkat nasional saja, tapi juga di tingkat internasional, lho.
Meski kini Hubbiy masih duduk dibangku kelas 5 sekolah dasar, Hubbiy sudah berpartisipasi dalam 21 kompetisi dan berhasil mendapatkan 5 medali emas, 9 medali perak, dan 5 medali perunggu, lho. Gak berhenti sampai di situ saja, Hubbiy pun meraih Medali Emas dalam Design Thinking with Robotics and Computational Thinking International Competition (drCT) tahun 2024 dan global final pada 2023, Medali Emas dalam Singapore & Asian Schools Math Olympiad (SASMO) tahun 2024, Medali Emas dalam USA Copernicus Olympiad (Mathematics) dan Distinction award pada lomba Piano di The 11th Hongkong International Performance Arts Festival and Music Competition.
Sementara itu, di tingkat nasional, Hubbiy sudah mengikuti 6 kompetisi hingga berhasil mendapatkan 2 medali emas, dan 2 medali perak. Wah keren banget ya Moms, Hubbiy.
Untuk mengulik apa rahasia di balik kejeniusan Hubbiy, tim Herstory pun berhasil melakukan wawancara langsung dengan Dini yang merupakan Ibu Hubbiy, Dinny.
Menurut Dinny, tumbuh kembang Hubbiy itu lebih cepat dari yang lainnya. Hal itu tak mengherankan jika sejak usia 1,5 tahun itu Hubbiy sudah tertarik dengan angka.
Lebih mengejutkannya, saat Hubbiy masuk TK, ia sudah bisa membaca, mengaji, bahkan melakukan perkalian, lho.
"Sejak kecil, Hubbiy selalu ingin tahu dan cepat belajar. Setiap kali ia menguasai satu konsep, ia langsung ingin naik ke tingkat yang lebih sulit," tutur Hubbiy saat melakukan siaran langsung bersama Herstory, beberapa waktu lalu.
Berbeda dari anak-anak biasanya, di usia 10 tahun, Hubbiy ternyata sudah tahu ingin kuliah di mana dan sudah menyiapkannya dengan baik. Kepada Herstory, Hubbiy mengaku ingin kuliah di universitas top dunia, yaitu Massachusetts Institute of Technology (MIT).
"Hubbiy mau kuliah di MIT, Massachusetts Institute of Technology (MIT), kaya coding. Dia(Hubbiy) punya tujuan untuk hidupnya," tutur Dinny.
Dinny pun menceritakan bagaimana tantangan dalam membesarkan Hubbiy yang jeniusnya luar biasa. Dibanding bagaimana memotivasi Hubbiy untuk belajar, Dinny mengaku hal yang lebih menantang adalah mengatur emosi Hubbiy saat menghadapi kegagalan selama berkompetisi.
"Hubbiy adalah anak yang happy go lucky, tantangannya bukan belajar kayak memotivasi biar dia belajar karena anaknya sudah rajin dan senang belajar, senang eksplor kalau misalnya udah bisa satu, mau bikin game ah. jadi tantangan aku bukan di situ. Tantangan aku yang paling besar adalah manage emosinya dia dalam arti saat dia kalah dan gagal, ketika nilai ulangannya salah lebih dari satu. Itu lebih susah untuk dikontrol emosinya," jelas Dinny.
Untuk parentingnya sendiri, Dinny mengaku tak pernah menghukum Hubbiy jika tak berhasil dalam kompetisinya. Justru menurut Dinny, Hubbiy yang lebih sering menyalahkan dirinya sendiri jika nilainya turun atau hasil kompetisinya tak sesuai ekspektasi.
"Aku gak pernah hukum dia karena nilai ulangannya jelek, kalau dapat 80 atau 90 aja dia udah sedih jadi gak perlu aku hukum dia juga udah sedih, buat apa aku nambah kesedihan dia. Tugasku adalah get him back up6 again, Hubbiy sudah keras pada dirinya sendiri," jelas Ibu Hubbiy.
Sementara itu, meski jadwal Hubbiy sangat panjang mulai dari les bahasa Inggris, matematika, renang, basket, coding, dan piano , ternyata Hubbiy memiliki banyak teman, lho. Di sela-sela waktu belajarnya, Hubbiy sering berinteraksi bersama teman-temannya.
"Saya paling suka les bahasa Inggris karena banyak teman di sana. Kalau belum dijemput, saya bisa main sama mereka,” ujar Hubbiy.
“Selain belajar, aku suka banget main catur dan main game, terutama yang bergenre RPG dan strategi. Kadang-kadang juga ikut Papa main basket,” tambah Hubbiy.
Dini, yang telah mendampingi Hubbiy dalam perjalanan meraih prestasi, berbagi beberapa strategi yang ia yakini dapat membantu orang tua lain dalam mendukung perkembangan bakat dan minat anak-anak mereka. Berikut adalah empat tips dari Dini:
Dini menekankan pentingnya mengamati dan mengenali minat anak sejak usia dini. Orang tua harus peka terhadap hal-hal yang membuat anak mereka bersemangat, antusias, dan ingin tahu lebih banyak. Ini bisa dilihat dari kegiatan yang mereka pilih untuk lakukan di waktu luang, pertanyaan yang mereka ajukan, atau bahkan mainan yang mereka sukai. Dengan mengenali minat anak sejak dini, orang tua dapat memberikan dukungan dan stimulasi yang tepat untuk mengembangkan minat tersebut.
Setelah mengenali minat anak, langkah selanjutnya adalah mencari mentor atau tutor yang tepat untuk membimbing mereka. Mentor atau tutor yang baik tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni di bidangnya, tetapi juga mampu menginspirasi, memotivasi, dan memberikan tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Mereka harus bisa melihat potensi anak dan membantu mereka mengembangkannya secara optimal.
Memberikan tantangan yang sesuai dengan kemampuan anak adalah kunci untuk mendorong mereka berkembang. Tantangan yang terlalu mudah akan membuat anak bosan, sementara tantangan yang terlalu sulit dapat membuat mereka frustrasi. Orang tua perlu memberikan tantangan yang cukup menantang namun tetap realistis, sehingga anak merasa termotivasi untuk berusaha dan mencapai tujuannya. Selain itu, tantangan yang terukur juga memungkinkan anak untuk melihat kemajuan mereka secara konkret, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan semangat belajar mereka.
Dukungan dan apresiasi dari orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Orang tua harus memberikan dukungan tanpa syarat kepada anak mereka, terlepas dari apakah mereka berhasil atau gagal dalam suatu kompetisi atau aktivitas. Apresiasi terhadap usaha dan kerja keras anak akan membantu membangun rasa percaya diri dan motivasi mereka untuk terus belajar dan berkembang. Selain itu, orang tua juga perlu menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung, di mana anak merasa nyaman untuk mencoba hal-hal baru, membuat kesalahan, dan belajar dari pengalaman mereka.