Menteri Ketenagakerjaan RI periode 2019–2024, Ida Fauziah, menekankan pentingnya inovasi, budaya kerja, dan kesiapan sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi era kecerdasan buatan (AI) yang berkembang pesat.

Ida menyebutkan bahwa Indonesia mencatat sejumlah capaian positif pascapandemi COVID-19, seperti peningkatan jumlah penduduk bekerja lebih dari 9 persen serta penurunan angka pengangguran. Namun demikian, ia menggarisbawahi bahwa tantangan besar di sektor ketenagakerjaan masih perlu diatasi.

“Lebih dari 50 persen penduduk bekerja masih berada di sektor informal dan pendidikan menengah ke bawah. Selain itu, sekitar 29 persen penduduk mengalami underemployment, atau bekerja di bawah kualifikasi yang mereka miliki,” ujar Ida, dalam keterangannya, Rabu (30/4/2025). 

Ia juga menyoroti masih lebarnya kesenjangan keterampilan (skill gap) sebagai salah satu penghambat utama transformasi digital, terutama di kalangan dunia usaha.

"Data menunjukkan hanya 0,4 persen perusahaan yang menyediakan pelatihan bagi karyawan secara memadai,"ungkapnya.

Kondisi ini diperparah dengan rendahnya partisipasi perusahaan dalam mempekerjakan penyandang disabilitas. Padahal, berdasarkan ketentuan yang berlaku, instansi pemerintah diwajibkan mempekerjakan minimal 2 persen penyandang disabilitas, sementara sektor swasta sebesar 1 persen.

Menurut Ida, perusahaan yang mengedepankan inklusi dan keberlanjutan justru memiliki daya saing yang lebih kuat, baik dari sisi produktivitas maupun citra sosial.

Ia juga mendorong dunia usaha untuk memahami kebutuhan lintas generasi agar strategi ketenagakerjaan menjadi lebih adaptif dan manusiawi.

“Keberhasilan transformasi digital tidak hanya soal teknologi, tapi juga pembangunan manusia yang inklusif dan visioner,” pungkasnya.