Menu

Hati-hati! Kenali Herpes Genital yang Menular dari Hubungan Seksual

05 April 2021 10:40 WIB

Ilustrasi kesehatan reproduksi wanita. (pinterest/freepik)

HerStory, Bandung —

Tak semua penyakit menular seksual dapat dicegah dengan penggunaan kondom. Perubahan gaya aktivitas seksual membuat penyakit seperti herpes genital tetap tertular.

Herpes genital adalah penyakit infeksi herpes simplex virus (HSV) yang menyerang kelamin.

Dilansir dari berbagai sumber, (05/04/2021) ada dua jenis penyebab herpes genital, di antaranya HSV tipe 1 dan tipe 2. HSV tipe 1 berdiam di tubuh bagian atas dan menyebabkan herpes oral pada bibir dan mulut. Gejala herpes oral umumnya sulit dibedakan dengan sariawan.

Sedangkan HSV tipe 2 berada di tubuh bagian pinggang ke bawah. Tipe 2 menimbulkan herpes pada genital atau sekitar kelamin.

Namun, karena perubahan aktivitas seksual, keberadaan kedua tipe virus ini bisa terbalik. HSV tipe 1 bisa ditemukan di genital dan HSV tipe 2 bisa ditemukan di area bibir dan mulut.

Herpes genital tak hanya ditularkan oleh kontak seksual, tapi juga melalui seks oral atau kontak antara mulut dan kelamin, juga berciuman. Dari aktivitas ini, virus bisa masuk melalui mukosa atau selaput lendir bibir serta kelamin.

Seseorang yang terkena virus tak akan mengalami gejala saat pertama kali tertular virus. Gejala diawali dengan rasa tak nyaman pada tubuh seperti sakit flu. Saat pertama kali timbul gejala, dan timbul rasa nyeri luar biasa pada kelamin.

Pada wanita, lepuhan bisa muncul di sekitar vagina, uretra, serviks, atau di antara vagina dan dubur. Sedangkan pada pria, lepuhan timbul di kulit ujung penis, dalam uretra, buah zakar, atau daerah antara penis dan dubur.

Namun, tak semua orang mengalami gejala yang sama. Herpes asimtomatik tak memiliki gejala, namun tubuh terbukti 'menyembunyikan' HSV jika dilihat dari hasil tes laboratorium.

Meski tidak menimbulkan kematian atau kanker, tidak ada istilah sembuh untuk penyakit ini. 

Hingga kini, belum ditemukan obat yang ampuh membunuh virus tersebut. Virus tetap bersembunyi dalam sel-sel saraf. Sementara obat yang tersedia hanya berfungsi untuk mengurangi kekambuhan.