Menu

The Power of #BacaSampaiTuntas VOL. 3, Wisnu Nugroho: Baca Sampai Tuntas Menumbuhkan Karakter Gigih, Tekun dan Setia!

12 Juli 2021 14:15 WIB

Ilustrasi orang sedang membaca. (Unsplash/Joel Muniz)

HerStory, Jakarta —

Di zaman yang serba modern, masyarakat dimanjakan dengan berbagai teknologi yang canggih. Dengan begitu, banyak kebiasaan yang sudah mulai berubah. Salah satunya adalah budaya membaca.

Membaca jadi salah satu cara untuk mendapatkan informasi sehingga sangat mempengaruhi kecerdasan seseorang, Sayangnya, tingkat literasi di Indonesia masih sangat minim. Padalah membaca jadi fondasi dasar bagi pendidikan suatu bangsa. Bahkan UNESCO menyebut Indonesia berada di urutan kedua dari bawah dalam hal literasi membaca lho.

Kurangnya minat baca masyarakat Indonesia ini tentu sangat mengkhawatirnya. Pasalnya saat ini banyak orang menggunakan sosial media dan kurangnya minat baca bisa mempengaruhi informasi yang diserap sehingga banyak sekali hoaks yang tersebar.

Oleh sebab itu, Warta Ekonomi Group yang terdiri atas WartaEkonomi.co.id dan HerStory.co.id, mengisiasi sebuah gerakan #BacaSampaiTuntas untuk turut menggaungkan literasi di Indonesia.

Melalui gerakan #BacaSampaiTuntas, Warta Ekonomi Group mengajak masyarakat untuk membudayakan membaca informasi secara tuntas sehingga pemahaman yang diterima menjadi utuh dan menyeluruh. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat membentengi diri dari informasi yang bersifat provokatif maupun informasi yang tidak benar.

Sebagai bagian dari campaign #BacaSampaiTuntas, Warta Ekonomi Group melakukan bincang-bincang dengan Chief Editor Kompas.com. Ia pun memberikan tanggapan  terhadap kondisi literasi dan minat baca di Indonesia yang terbilang masih sangat minim.

"Mungkin ini menjadi budaya kita dalam perjalanan atau sejarah bangsa. Budaya baca sepertinya bukan menjadi budaya yang tumbuh dan dihidupi oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat kita lebih cenderung memiliki kultur menonton dan mendengar. Semua nilai-nilai dalam kehidupan yang ingin disampaikan kepada generasi berikutnya itu biasanya disampaikan melalui tontonan, misalnya wayang," ujar Wisnu saat Live Instagram bersama Warta Ekonomi Group, Kamis (1/7/2021).

"Saya enggak menilai baik atau buruk dengan negara kita menempati posisi dua terbawah dalam hal kemampuan membaca, karena bisa jadi itu merupakan suatu keunggulan. Tetapi memang jika dibandingkan dengan negara lain yang kemampuan membacanya lebih tinggi, mungkin kita tertinggal. Jadi, budaya kita yang sejak awal lebih menekankan pada menonton dan mendengar itu bisa jadi alasan mengapa UNESCO dan berbagai survei lainnya menilai tradisi membaca masyarakat Indonesia kurang tinggi," sambungnya.

Selain itu, Wisnu juga menjelaskan bahwa kesadaran diri sangat mempengaruhi minat baca seseorang. Minat baca juga bisa dimulai melalui argumenstasi. Ketika sadar akan manfaat dari membaca, kemudian manfaat tersebut diargumentasikan secara baik maka orang akan menjadi tergerak untuk membaca.

"Mungkin di awal bisa diberikan semacam penetapan atau keharusan. Tetapi setelah keharusan ini dirasa memberi manfaat, orang tidak lagi merasa terpaksa melakukan hal tersebut. Jadi jika ingin menumbuhkan minat baca maka kita perlu meyakinkan kepada orang-orang yang ingin kita ajak untuk membaca agar bisa mendapat manfaat secara argumentatif. Misalnya, bisa melatih kita lebih peka, memahami dunia lebih utuh, membuat analisis lebih kaya, atau membuat kebijaksanan hidup diisi dengan pertimbangan yang lebih banyak. Hal-hal seperti ini yang seharusnya diberikan" kata Wisnu.

Wisnu juga berpendapat bahwa keinginan untuk membaca bisa dimulai melalui sosial media. Namun, hal yang perlu ditekankan adalah memilih informasi yang akan dibaca dalam menggunakan sosial media. Banyak orang yang merasa ahli jika menggunakan social media bahkan jika sudah mendapat informasi sedikit saja, rasanya sudah seperti menguasai dunia. Ketika sudah punya perasaan seperti dan akan memicu pengetahuan yang dimiliki maka dia akan mengkomentari segala hal. Dalam pepatah, ini sama halnya dengan air beriak tanda tak dalam.

Wisnu pun mengatakan bahwa sangat pentin untuk #BacaSampaiTuntas agar informasi yang didapatkan berbentuk utuh. Tetapi jika informasinya enggak penting boleh saja ditinggalkan.

"Kalau kalian ingin jadi pribadi yang gigih, tekun, dan setia, kemampuan membaca sampai tuntas akan menghantarkan kalian untuk mendapatkan kecakapan karakter sebagai orang yang gigih, setia, dan tekun. Kemudian, kita punya kesempatan untuk membuat kesimpulan dan membuat keputusan apa pun yang kita peroleh bisa lebih bertanggung jawab karena tidak mengabaikan setiap informasi yang diperoleh. Tetapi jika kita terburu-buru atau malas, akhirnya kita mengambil keputusan untuk tidak membaca dan mendapatkan informasi secara utuh, dan itu akan berbahaya bagi segala keputusan yang kita ambil," tutupnya.

Share Artikel:

Oleh: Nada Saffana