Menu

Raih Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020, Awal Karier Apriyani Rahayu Hanya Bermodalkan Raket Kayu

03 Agustus 2021 13:00 WIB

Apriyani Rahayu (Instagram/r.apriyanig)

HerStory, Bogor —

Senin, 2 Agustus 2021, menjadi hari bersejarah untuk Apriyani Rahayu. Bersama Greysia Polii, Apriyani berhasil mempersembahkan medali emas Olimpiade 2020 dari nomor ganda putri.

Prestasi medali emas Olimpiade 2020 diraih Greysia Polii/Apriyani Rahayu setelah mengalahkan wakil China, Chen Qingchen/Jia Yifan, pada final yang digelar di Musashino Forest Sports Plaza. Medali emas ini menjadi yang pertama diraih ganda putri Indonesia sepanjang keikut sertaan di Olimpiade.

Apriyani Rahayu mengaku tak menyangka bisa mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade 2020.

"Kami berdua benar-benar bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dan masyarakat Indonesia yang tak henti-hentinya mendukung kami. Kalian mendoakan kami luar biasa," kata Apriyani Rahayu dalam wawancara dengan Indosiar.

Apriyani Rahayu juga menyebut, pertandingan berlangsung sangat ketat dan tidak mudah. Namun, mereka sudah menyiapkan strategi sebelum bertanding dan sepanjang pertandingan sehingga mampu membuat lawan tak bedaya.

Medali emas Olimpiade 2020 menjadi prestasi tertinggi yang diraih Apriyani Rahayu. Prestasi tersebut sangat membanggakan karena dilalui dengan perjalanan yang tidak mudah.

Ani, sapaan Apriyani, awalnya dibuatkan raket dari kayu dan kok dari jerami oleh sang ayah, Ameruddin, agar bisa menekuni hobinya saat balita. "Jadi saat pertama mencoba olahraga ini, Ani menggunakan raket yang saya buat dari kayu dengan dengan shuttlecock terbuat dari jerami," kata Amerudin melalui telepon yang dilansir dari kompas, Selasa (3/8/2021).

Memasuki bangku sekolah dasar, Apriyani yang masih hobi bermain bulu tangkis meminta untuk dibelikan raket sesungguhnya. Apriyani kemudian mulai bermain bulutangkis dengan menggunakan raket dari papan di halaman rumah. Sang ayah yang tak tega akhirnya memberikannya raket murah untuk Apriyani.

Bakatnya semakin terasah setelah berlatih di sebuah gedung di dekat kediamannya. Apriyani kemudian menimba ilmu di bawah asuhan Sapiuddin, pelatih bulutangkis yang sempat berguru ke Sekolah Atlet Ragunan.

Setelah lulus SD, masalah kemudian muncul setelah sang pelatih memutuskan untuk pindah ke Konawe. Apriyani akhirnya memutuskan untuk ikut dan tinggal bersama sang pelatih di Konawe.

Seperti ketika dia meraih juara II Pekan Olahraga Daerah (Porda) Sultra di Raha, Kabupaten Muna pada 2007. Naik ke turnamen junior tingkat provinsi, Ani juga dapat menunjukkan penampilan gemilangnya. Apriyani kemudian bergabung dengan klub PB Pelita Bakrie binaan legenda bulu tangkis Tanah Air, Icuk Sugiarto, di kawasan Kosambi, Jakarta Barat, pada 3 September 2011. Hal tersebut dilakukan demi mengasah kemampuannya untuk menjadi pebulu tangkis profesional.

Pada 2014, Apriyani akhirnya diberi kesempatan untuk membela tim bulutangkis Indonesia di Kejuaraan Dunia Junior 2014 di Malaysia. Namun, ketika itu Apriyani dipasangkan dengan Rosyita Eka Putri Sari.

Apriyani Rahayu/Rosyita Eka Putri Sari berhasil meraih medali perak setelah kalah dari wakil China, Chen Qingchen/Jia Yifan. Itu merupakan medali perdana yang diraih Apriyani Rahayu di level internasional.

Sejak saat itu, prestasi Apriyani melambung di sektor ganda putri. Pada 2017, Apriyani menembus pelatnas Cipayung dan dipasangkan dengan Greysia Polii. Ketika itu, Apriyani menggantikan Nitya Krishinda Maheswari yang mengalami cedera.

Kejuaraan Beregu Sudirman Cup 2017 menjadi debut perdana Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Pasangan ganda putri ini baru meraih trofi perdana pada Thailand Terbuka 2017, kemudian disusul gelar BWF Super Series di Prancis Terbuka 2017. Hingga akhirnya Greysia/Apriyani berhasil meraih medali emas Olimpiade 2020.