Kerokan. (Sumber foto: SehatQ.com)
Kerokan sudah menjadi terapi tradisional untuk meredakan masalah masuk angin dan pegal secara turun temurun.
Hanya dengan koin dan minyak angin, badan yang sedang masuk angin akan dikeluarkan melalui terapi kerokan yang umumnya dilakukan pada bagian punggung dan leher.
Meski sudah berjalan secara turun temurun karena manfaatnya yang dirasa mujarab untuk meredakan masuk angin dan pegal, terlalu sering kerokan justru bisa memicu bahaya bagi kesehatan salah satunya menimbulkan risiko penularan penyakit.
Melansir dari laman sehatq.com (1/10/2021), berikut ini bahaya nyata dari terlalu sering kerokan yang enggak boleh disepelekan.
Kerokan akan membuat pembuluh darah kecil menjadi pecah yang menyebabkan kulit nampak berwarna merah. Selain merah, setelah kerokan pun kulit bisa menimbulkan memar hingga bengkak.
Tak cuma bisa menimbulkan memar akibat pecahnya pembuluh darah kecil, jika terlalu kuat memberikan tekanan saat kerokan ternyata berisiko mengalami pendarahan minor akibat pecahnya pembuluh darah kapiler.
Jika alat kerokan dipakai secara bersamaan dan tak steril tentunya akan semakin menciptakan peluang adanya penularan penyakit. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui infeksi kulit yang mengeluarkan darah saat kerokan.
Perlu diingat tak semua orang memiliki ketahanan tubuh yang sama. Sehingga kerokan bagi mereka yang tak terlalu kuat menahan sakit sebaiknya hindari terapi ini karena akan menimbulkan rasa nyeri.
Bagi beberapa kelompok tertentu seperti mudah berdarah, sedang mengonsumsi obat pengencer darah, menderita deep vein thrombosis, infeksi yang belum sembuh sempurna dan menggunakan implan di organ tubuh sebaiknya hindari terapi kerokan.
Lantaran bisa menimbulkan dampak berbahaya seperti gangguan medis yang menyerang kulit atau pembuluh darah.