Menu

Trik Jitu Lindungi Anak Remaja dari Seks Pranikah, Camkan Baik-baik Moms!

15 Oktober 2021 11:25 WIB

Kedekatan seorang ibu dan anak remajanya. (Pinterest/Freepik)

HerStory, Bogor —

Moms, usia remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan berbagai perubahan emosi, psikis, dan fisik dengan ciri khas yang unik.  Karenanya, kamu mesti tahu Moms, perubahan fisik, psikis, dan emosi anak di masa pubertas ini dapat membuatnya lebih ekspresif dalam mengeksplorasi organ kelamin dan perilaku seksualnya, lho.

Menurut Psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener, M.Psi., saat remaja, anak akan mengalami satu lonjakan besar yang berkaitan dengan aktivitas seksualnya. Karenanya, keluarga, atau dalam hal ini orang tua, adalah baris pertahanan pertama yang bertanggung jawab penuh melindungi anak.

Jika orang tua tak cepat-cepat mengambil langkah bijak, kata Samanta, bukan tak mungkin nantinya anak ikut terseret arus pergaulan bebas yang semakin mengkhawatirkan.

“Di usia tersebut, anak akan mengalami pubertas dan akan mengalami tingginya kadar nafsu atau gairah untuk memuaskan apa yang menjadi rasa penasarannya terhadap ledakan seksual yang menderanya. Masa remaja ini kan masa pencarian jati diri bagaimana mereka menanggapi tuntutan teman-temannya yang lain, di kelompok pergaulannya itu apa yang dilakukan, yang terjadi yang menjadi tren, pembahasan-pembahasan itu. Karenanya, di masa ini, peran orang tua penting untuk lebih memerhatikan anaknya dan mendampingi mereka remaja supaya mereka tetap pada koridornya,” papar Samanta, kepada HerStory, Jumat (15/10/2021).

Samanta melanjutkan, di masa remaja, anak pun belum bisa 100 persen bijaksana dan objektif. Karenanya, apakah tantangan yang diberikan oleh tekanan sosial terutama hal ini teman-temannya perlu dijawab, perlu dialihkan, atau sebaiknya diabaikan.

“Karenanya, untuk menjawab rasa ingin tahu dan kebutuhan anak terhadap ledakan rasa seksualnya ini, dibutuhkanlah peran orang tua. Ini tantangan terbesar orang tua untuk mendampingi anak-anak remaja, agar mereka tetap pada koridornya, tetap pada aktivitasnya yang positif dan memberikan kebaikannya untuk dirinya dan juga sesamanya,” pesan Samanta.

Lantas, bagaimana cara membentengi anak dari seks bebas dan pergaulan buruk lainnya?

Dikatakan Samanta, cara menghindari aktivitas seksual sebelum menikah, hal pertama yang harus dilakukan orang tua adalah memberikan edukasi seks kepada anak sejak dini berdasarkan usianya.

“Pertama, orang tua harus memberikan edukasi seks kepada anak sejak dini sesuai usianya. Perlu diingat bahwa pembicaraan tentang seks ini tuh gak hanya dilakukan pada saat anak remaja, tapi dari kecil itu sudah harus dilakukan sesuai dengan harapan usia anak. Terutama di masa remaja, orang tua perlu menjadi teman, menjadi pendengar anak, bisa mengarahkan anak, mengetahui kebutuhan emosional anak, sehingga anak-anak bisa lebih optimal dalam melepaskan energi yang berlebih, misalnya pada aktivitas olahraga, aktivitas hobi yang baik, yang positif untuk perkembangan dirinya, yang bisa jadi bekal di masa depan,” terang Samanta.

Tak hanya itu, lanjut Samanta, orang tua pun harus secara terbuka membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan seksual remaja. Tentang bahaya-bahayanya apa saja, baik dari sisi medis, dari hasil penelitian, dari sisi psikologis, baru kemudian ditutup dari sisi secara agama

“Ini harus menjadi satu catatan ya karena kalau gak didampingi secara tepat, ya anak remaja dengan segitu besarnya rasa ingin tahu mereka, akan menjadi tantangan yang sungguh sulit untuk orang tua menghadapinya. Ketika orang tua bisa menjadi sahabat atau teman anak di masa remajanya, remaja akan sangat terbuka menceritakan kebutuhannya, menceritakan apa yang mereka pikir, dan bagaimana cara mengoloa hal-hal tersebut itu akan menjadi pelindung bagi anak supaya bisa terhindar dari aktivitas seksual sebelum menikah dan pergaulan buruk lainnya,” tandas Samanta.

Nah, semoga informasinya bermanfaat ya Moms!