Menu

Mengenal Parallel Parenting: Pola Asuh untuk Perceraian yang Berkonflik, Seperti Apa?

18 November 2021 14:53 WIB

Ilustrasi orang tua bercerai. (Pinterest/freepik)

HerStory, Bogor —

Moms, pernahkah kamu mendengar istilah parallel parenting?

Istilah ini mungkin masih terdengar asing di telinga, namun parallel parenting dapat diartikan sebagai pola pengasuhan anak setelah kedua orang tua bercerai.

Ya, gak ada satupun anak yang mau orang tuanya bercerai, dan gak ada satu orang pun yang menginginkan rumah tangganya berujung perceraian, bukan?

Tapi, ketika orang tua memutuskan untuk bercerai, sebenarnya anak-anaklah yang menerima dampak terbesarnya, Moms. Anak-anak akan merasa takut kehilangan, panik, bahkan bimbang ketika menemukan kedua orang tuanya berkonflik.

Anak-anak juga akan merasa bimbang ketika diminta memilih mengikuti salah satu orang tua saja. Karenanya, untuk mengatasi hal tersebut, orang tua dapat tetap mengasuhnya bersama. 

Beberapa orang tua mungkin masih bisa saling memaafkan dan memutuskan untuk mengasuh anak-anaknya bersama. Namun ada juga mereka yang bercerai karena konflik tinggi dan gak dapat bertemu satu dengan yang lain.

Lantas, apakah bisa orang tua tersebut tetap mengasuh anak-anaknya bersama? Tentunya bisa Moms, salah satunya dengan menerapkan parallel parenting

Melansir dari Psychology Today, parallel parenting adalah pengaturan di mana orang tua yang bercerai dapat menjadi orang tua bersama dengan cara melepaskan diri dari satu sama lain dan kontak langsung yang terbatas.

Namun biasanya, pola asuh ini diperlukan oleh orang tua yang bercerai karena konflik tinggi atau adanya gangguan kesehatan mental, seperti narsisme atau kepribadian ambang, yaitu memiliki emosi yang labil. Dimana, kedua orang tua sama-sama menolak bersikap ramah dan kooperatif.

Fyi Moms, ada beberapa cara untuk menerapkan parallel parenting, intinya tak membiarkan keduanya bertemu. Moms dan mantan suami dapat meminta bantuan dari pihak ketiga yang netral ataupun juga membuat aturan resmi dalam pengasuhan anak. 

Pola asuh paralel juga sebisa mungkin dilakukan dengan fleksibel. Tapi, dalam menjalankannya, upayakan selalu aturan yang jelas dan presisi untuk menghindari pertemuan ataupun komunikasi kedua orang tua dengan cara apapun. 

Melansir dari motherandbeyond, terdapat beberapa tips dalam menerapkan parallel parenting ini Moms, seperti: 

  • Masa atau durasi pengasuhan anak oleh masing-masing orang tua.
  • Waktu dan tempat spesifik untuk berganti piket mengurus anak.
  • Tanggung jawab akan transportasi.
  • Solusi jika seseorang membatalkan atau mengubah jadwal mengurus anak.
  • Hari-hari spesifik untuk berkunjung.
  • Kapan masing-masing orang tua memiliki wewenang untuk membuat keputusan.
  • Orang tua juga bisa membuat sebuah buku agenda atau buku komunikasi, untuk memudahkan masing-masing dari mereka memahami perkembangan anak. Buku ini perlu dibawa setiap kali anak berpindah, dari satu orang tua ke orang tua lainnya.

Nah, agar parallel parenting bisa berjalan dengan lancar untuk pasangan yang sudah bercerai dalam mengasuh anak mereka, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

  • Kurangi kesempatan komunikasi orang tua seminimal mungkin. Ketika perlu bicara, lebih baik lakukan melalui e-mail atau pesan. Simpan semua riwayat komunikasi.
  • Jangan merespons komunikasi yang penuh intimidasi atau pelecehan. Semua komunikasi perlu difokuskan kepada proses perawatan si kecil.
  • Hindari menghadiri kegiatan anak bersamaan. Ikuti rencana parallel parenting yang telah disepakati dan dibuat bersama.
  • Tak perlu ambil pusing tentang apa yang terjadi di momen parenting salah satu orang tua. Anak pun dapat beradaptasi terhadap peraturan rumah yang berbeda.

Semoga informasinya bermanfaat ya!