Menu

Didominasi Pria, Perempuan Hadapi Tantangan Bertahan di Dunia Kerja yang Belum Ramah Gender

04 Desember 2021 16:00 WIB

Ilustrasi perundungan di tempat kerja. (Freepik/seventyfour)

HerStory, Medan —

Dewasa ini semakin disuarakan kesetaraan gender salah satunya di dunia kerja. Hal ini menjadi penting sebab kesempatan kerja bagi perempuan semakin sempit sebab didominasi oleh laki-laki.

Hal ini bukan lagi menjadi sebuah stereotip sebab pada kenyataannya laki-laki memang lebih banyak berkarier dibanding perempuan. Hal ini juga disetujui oleh Customer Solution Consultant Google Cloud Indonesia, Tiffany Adriani dalam webinar yang diselenggarakan oleh She Loves Data, Sabtu (4/12/2021).

“Pada kenyataanya teman kerja memang laki-laki,” ungkap Tiffany Adriani.

Lili Ayu Wulandari, Data Scientist Tiket.com dan juga seorang dosen juga mengakui soal ketimpangan peran perempuan khususnya di dunia kerja bidang data. 

“Kenyataannya memang orang yang bergelut di data sedikit sekali perempuan. Persentasenya kecil,” ungkap Lili Ayu Wulandari.

Adanya ketimpangan ini menghasilkan kecenderungan lingkungan kerja yang tidak ramah gender. Pasalnya perempuan terpaksa mengikuti iklim kerja laki-laki yang kerap kali kurang sesuai dengan perempuan.

Hal itu disampaikan oleh Nenden Sekar Arum seorang Data Automation Manager di Sonar Platform. Ia merasa perempuan dengan beban ganda mengalami dilema ketika terjun ke dunia kerja yang mana didominasi oleh laki-laki.

“Di dunia nyata masih banyak laki-laki, male dominated. Iklim kerja jadi maskulin, dari obrolan, cara kerja, dan jam kerja jadi berbeda (dari perempuan). Mereka hobi kerja malam-malam atau tengah malam,” ungkap Nenden Sekar Arum.

“Jadi hal ini kurang ramah buat perempuan khususnya di Indonesia karena punya beban ganda. Selain jika wanita karier kita harus dituntut mengurus rumah tangga juga,” lanjutnya.

Oleh karena itu, Nenden megeskan bahwa lingkungan kerja ideal bagi perempuan akan tercapai jika perempuan sendiri ikut aktif dan meramaikan posisi yang ada di industri pekerjaan tersebut. Namun sayangnya banyak perempuan yang sudah mundur dahulu sebab melihat dominasi laki-laki tersebut.

Sejalan dengan itu, Tiffany menekankan bahwa sebuah pemikiran akan berdampak bagi karier perempuan. Hal utama yang harus dilakukan ialah perempuan harus percaya atas kemampuannya sehingga dapat bertahan di dunia kerja yang didominasi oleh laki-laki.

“Sebagai perempuan biasanya sering berpikir ‘aduh banyak laki-laki’ itu gak boleh dipakai. Kita harus percaya bahwa ‘saya berada di bidang ini karena kemampuan dan talenta saya’ gitu.

You are what you think. Jadi dari kita sendiri harus percaya dengan kemampuan itu,” tegasnya.