Ilustrasi keracunan matahari. (Freepik/rawpixel.com)
Hati-hati apabila kulit terbakar setelah terpapar sinar matahari bisa menjadi pertanda sun poisoning atau keracunan matahari.
Menurut dr. Arthur S., SpKK, FINSDV melalui unggahannya (23/12/2021), kondisi kulit terbakar akibat keracunan matahari lebih parah dan memiliki beragam bentuk tergantung tingkat sensitifitas terhadap matahari.
Gejala keracunan matahari akan muncul setidaknya 6-12 jam setelah terpapar matahari dan acapkali penampakannya serupa dengan terbakar matahari biasa atau sunburn.
Ada pula gejala lainnya meliputi lecet dan ruam bergelombang, demam, dehidrasi, merasa bingung, pusing, sakit kepala sampai pingsan.
Selain itu, seperti dilansir dari laman Hello Sehat, kondisi ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh dan bisa meningkatkan risiko kerusakan kulit lain dan penyakit tertentu. Diantaranya seperti kulit kering, bintik hitam, bintik kasar, sampai menyebabkan kanker kulit.
Keracunan matahari sejatinya merupakan sebuah alergi sehingga tak menutup kemungkinan semua orang bisa mengalami kondisi ini. Bahkan dr. Arthur juga menyampaikan kalau risiko ini lebih besar terjadi pada kita yang hidup di garis khatulistiwa.
Ada pun faktor tertentu yang bisa meningkatkan risiko keracunan matahari diantaranya:
Segera melakukan pemeriksaan bersama dokter merupakan solusi terbaik untuk menangani kondisi keracunan matahari. Nantinya dokter akan memberikan infus untuk mengatasi dehidrasi, memberikan obat-obatan juga salep yang tepat untuk membantu rasa sakit dan bengkak.
Selain itu perawatan lanjutan yang bisa dilakukan diantaranya dengan menghindari losion yang berbahan dasar buah atau kosmetik karena mungkin mengandung sensitizer, menggunakan tabir surya, topi dan baju lengan panjang guna meminimalkan efek paparan sinar matahari.