Menu

Jadi Executive VP Consumer Goods and Lifestyle Blibli, Ini Gebrakan Fransisca Krisantia Wujudkan Lingkungan Kerja Setara dan Inklusif

01 Agustus 2022 11:15 WIB

Fransisca Krisantia Nugraha, Executive VP Consumer Goods and Lifestyle Blibli. (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, feminisme yang menggadang kesetaraan membuat pandangan sosial mengenai wanita lambat laun berubah. Dari yang tadinya terkungkung di sektor domestik, bergeser ke arah kebebasan untuk memilih. Tak terkecuali memilih untuk berkarya di sektor publik, seperti di industri e-commerce misalnya.

Ya, stigma bahwa e-commerce merupakan ‘ladang kerja maskulin’ pun dipatahkan oleh sosok Fransisca Krisantia Nugraha. Kini, wanita yang karib disapa Fransisca itu berhasil menduduki jabatan sebagai Executive VP Consumer Goods and Lifestyle di salah satu e-commerce terbesar di Indonesia, Blibli.

Lantas, bagaimana sih kisah awal Fransisca terjun ke industri e-commerce dan bagaimana ia bisa sampai di titik menemukan kesuksesannya?

“Kebetulan saya itu dulunya (kerja) di kategori retail, di fashion retail di awal karir saya, lalu saya pindah ke FMCG, nah lalu kebetulan ada teman yang berkarir di grup Djarum lalu nawarin. Nah kebetulan minat saya memang ke arah retail, dalam bentuk apapun, baik itu online maupun offline. Nah saat itu saat itu di 2011 belum banyak player di dunia ini, jadi saya sangat tertarik karena kebetulan saya juga seorang online shopper, jadi “wah ada ya di Indonesia yang pengen bikin kayak gini”. Jadi saya tertarik banget dan akhirnya join, gak terasa udah 11 tahun aja gitu,” tutur Fransisca, saat ditemui HerStory, di Kantor Pusat Blibli, di kawasan Jakarta Pusat, belum lama ini.

Terkait label dunia teknologi digital, khususnya e-commerce yang identik dengan pria, tak lantas membuat Fransisca terbebani. Sejak bekerja di Blibli, Fransisca mengaku tak sedikit pun mengalami diskriminasi gender, baik dalam hal pemberian kesempatan untuk pengembangan karir dan hal lainnya.  

“Dulu waktu pertama kali join itu jujur di tim saya itu saya satu-satunya wanita, yang lainnya itu pria, dan usianya tuh jauh di atas saya. Kalau saat itu saya terus terang gak merasakan (diskriminasi gender), tapi memang lingkungan kerja saat itu memang didominasi pria jadi kebutuhan wanita itu kurang diperhatikan,” beber Fransisca.

Namun seiring berjalannya waktu, Blibli pun menciptakan berbagai inovasi atau kebijakan strategis dilatar belakangi oleh wanita. Mereka menjadi bukti bahwa wanita  punya kesempatan besar untuk berkarya di kancah industri teknologi. Bahkan ternyata, Fransisca pun jadi yang memprakarsai beberapa kebijakan menyangkut kebutuhan karyawan wanita di Blibli.

“Contoh paling gampang, saat saya awal-awal masuk itu di kantor gak ada ruangan menyusui, karena saat itu bisa dibilang karyawannya masih sangat muda dan belum pada menikah, jadi gak butuh. Tapi satu dua tahun sudah banyak yang menikah dan mempunyai anak gitu, nah jadi saat itu kebetulan saya memprakarsai untuk dibangun ruangan menyusui dan ruangan-ruangan lainnya,” aku Fransisca.

“Karena kebetulan saya handle produk kategorinya juga jadi saya membantu untuk kerjasamanya dengan brand untuk mereka taruh alat-alat di ruangan kerja di ruangan menyusuii, saat ini bisa dilihat di kantor kita di depan itu ada ruangan menyusui yang sangat oke banget, trus ada mini daycare, nah itu perkembangan sih dari tahun ke tahun,” sambung Fransisca.

Lebih lanjut, Fransisca mengungkapkan bahwa di Blibli sendiri proporsi pekerja wanitanya cukup banyak. Bahkan separuh jajaran level C di Blibli, hampir 50%-nya adalah wanita.  Ini artinya, wanita telah bisa mendobrak bias dan stereotip mengenai rendahnya porsi wanita dalam industri teknologi.

Actually kita cukup besar sih jadi hampir separuh level C ke atas itu adalah wanita. Hampir 50 persen malah,” ujar Fransisca.

Fransisca juga menegaskan, budaya di Blibli sendiri tak mengkotak-kotakan individu ke dalam bias gender, tetapi kepada kemampuan dan passion yang dimiliki untuk menciptakan dampak yang lebih besar.

“Kami meyakini bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk dapat berkarir dan menjalankan passion mereka. Gender bukan lagi penghalang bagi wanita untuk dapat berkarya dan unggul di bidang ini. Karena bagi kami, setiap karyawan adalah aset penting yang akan membantu perusahaan tumbuh dan semakin berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih besar yang secara langsung turut berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi,” tutur Fransisca.

Fransisca juga bilang, tak hanya mengedepankan kesetaraan gender, Blibli  juga memiliki inisiatif perusahaan yang mengutamakan pengembangan diri karyawan melalui ekosistem kerja dan kegiatan karyawan berkelanjutan. Gak berhenti di situ, guna lebih mendukung kesetaraan gender, Blibli pun memiliki kebijakan khusus untuk karyawan wanitanya. Seperti apa?

“Nah waktu 22 Desember tahun lalu tuh kita launching kebijakan cuti bersama untuk semua karyawan wanita di Blibli, lalu di hari itu juga kita kasih diskon spesial untuk karyawan wanita, kalau cuti hamil itu standar sesuai ketentuan saat ini berlaku. Jadi tahun itu its a big year gitu for all of us, karena spesial ya di hari itu kita semua cuti,” kata Fransisca seraya tersenyum.

Kemudian, terkait dengan pesatnya kemajuan teknologi dan tuntutan pasar, industri e-commerce pun kini menjadi sangat kompleks. Kata Fransisca, hal itupun mengharuskan dirinya untuk siap menghadapi berbagai macam tantangan. Lantas, bagi Fransisca sendiri, suka duka bekerja di industri e-commerce ini apa saja ya?

“Mungkin lebih ke jam kerja ya, karena kan ini bukan satu pekerjaan yang 9 to 5 ya, jadi Blibli sendiri istilahnya gak pernah tutup. Tapi memang pada saat dijalani ya akhirnya kita melihatnya sebagai fleksibilitas aja sih. Jadi at the of the day bukan kerjaan yang Monday to Friday, dinikmatin aja sih, toh lama-lama juga jadi satu hal yang biasa,” terang Fransisca.

Dan, meski telah sukses menjadi pemimpin wanita, Fransisca nyatanya tetap bisa menyeimbangkan antara karir dan keluarganya. Karena menurut dia, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga sangatlah penting. Kuncinya ada pada support system dan ekosistem yang tepat, yang bisa menyeimbangkan antara profesi dan menjadi istri sekaligus orang tua.

“Menurut saya kuncinya ada dua. Pertama itu support system, itu sangat penting karena tanpa itu so pasti kita sangat sulit berkembang. Lalu kedua lebih time management sih, jadi bagaimana kita membagi waktu supaya kita saat melakukan suatu hal kita bisa bener-bener present di momen itu, jadi jangan nyambi-nyambi ya kalau bisa,” jelas Fransisca.

“Kalau memang waktu dengan anak dan kelurga terbatas, nanti saat bersama dengan anak kita coba fokus. Atau kalau dalam case saya, saya coba mengenalkan anak saya terhadap dunia kerja saya. Supaya dia juga bisa memahami dan dengan kantor yang seperti inipun dia pun senang ikut ke sini. jadi dia akan merasa kantor ini bukan lagi sebagai sesuatu yang terpisah dari kehidupan dia, tapi memang ini part of kehidupan dia sih. Saya rasa 2 hal itu sih yang rasanya saya kerjakan dari dulu sampai sekarang,” tandas Fransisca.