Menu

5 Gejala Khas Cacar Monyet pada Anak, Wajib Tahu Moms

09 Agustus 2022 12:25 WIB

Ilustrasi pengidap monkeypoz atau cacar monyet (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Bandung —

Cacar dunia atau monkeypox tengah ramai diperbincangkan di berbagai belahan dunia. Pasalnya, penyakit ini merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus. Lalu, bagaimana cara penularan dan gejalanya? Yuk, simak penjelasan berikut ini!

Apa Itu Cacar Monyet?

Menurut CDC, cacar monyet pertama kali ditemukan tahun 1958, ketika dua wabah penyakit seperti cacar terjadi pada monyet yang dipelihara. Kasus pada manusia terjadi pertama kalo tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.

Sejak saat itu, cacar monyet dilaporkan terjadi di beberapa negara, mulai dari Afrika Tengah, Kamerun, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, dan Sierra Leone.

Tanda dan Gejalanya

Gejala cacar monyet di antaranya demam, sakit kepala, nyeri otot, hingga kelelahan. Perbedaan utama gejala cacar biasa dengan cacar monyet dapat terlihat pada kelenjar getah bening yang membengkak.

Sedangkan pada kasus cacar biasa, tidak menyebabkan kelenjar getah bening. Masa inkubasi gejala cacar monyet biasanya 7-14 hari hingga berkisar antara 5-21 hari.

Selain itu, beberapa gejala lain dari cacar monyet meliputi:

- Demam

- Sakit kepala

- Nyeri otot

- Sakit punggung

- Pembengkakan kelenjar getah bening

- Panas dingin

- Kelelahan

Gejala Cacar Monyet pada Anak

Menurut American Academy of Pediatrics, setelah terpapar virus penyebab cacar monyet, anak-anak atau bayi akan merasakan gejala seperti:

- Tiba-tiba muncul ruam kemerahan atau keunguan 

- Kemudian berkembang menjadi bintik-bintik berair dan bernanah

- lalu kering menjadi koreng di wajah, bagian dalam mulut, tangan, kaki, atau dada 

- Demam 

- Kelenjar getah bening bengkak 

- Kelelahan 

- Sakit kepala

Penularan Cacar Monyet

Penularan virus cacar monyet terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan, manusia, atau bahan yang terkontaminasi dengan virus, yang masuk ke dalam tubuh lewat kulit, saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, dan mulut).

Sedangkan pada penularan dari hewan ke manusia, dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, kontak langsung dengan cairan tubuh atau bahan lesi, atau kontak tidak langsung dengan bahan lesi.