Menu

Apa Itu Toxic Positivity? Kenali Ciri dan Dampak Negatifnya Moms!

26 September 2022 14:25 WIB

Toxic relationship (Pinterest/Edited by HerStory)

HerStory, Bandung —

Moms, apakah pernah mendengar istilah toxic positivity? Toxic positivity merupakan pemberian afirmasi positif yang berlebihan sehingga seringkali justru merugikan diri sendiri atau orang lain.

Coba ingat berapa kali Moms mendengar kalimat seperti "Coba pikirkan dampak bagusnya" atau"Yuk, coba terus. Jangan menyerah!" dari orang lain. Nah, itulah yang dinamakan toxic positivity. 

Toxic positivity ternyata bisa menyebabkan masalah kesehatan mental lho. Pada sebuah studi yang dirilis oleh Sage Journals di tahun 2018 telah menunjukkan bahwa seorang mahasiswa yang suka menunjukkan toxic positivity pada dirinya dapat mengurangi keinginan untuk bunuh diri.

Namun, pada data yang sama juga menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor eksternal seperti dukungan sosial dan efikasi diri, yang kemudian membentuk hal tersebut.

Mengapa Toxic Positivity Berbahaya?

Seseorang yang memiliki pandangan positif tentu tidak berbahaya. Namun, jika seseorang berpikir bahwa mereka harus mempunyai sisi positif terus menerus, itu justru dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental karena mengabaikan emosi lain di dalam dirinya.

Dampak Buruk Toxic Positivity

Mengabaikan permasalahan

Sebuah studi yang dikeluarkan oleh University of East London pada tahun 2020 lalu menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga tidak akan menyadari seberapa parah perilaku kasar yang diberikan pasangannya. Hal ini terjadi karena harapan yang diberikan dan optimisme yang masih mereka simpan.

Menyepelekan kehilangan

Kesedihan atas kehilangan melupakan sesuatu yang normal. Seseorang yang berulang kali mendengar pesan untuk merelakan atau bahagia saat sedang kehilangan keluarganya, mungkin menganggap bahwa keluarga mereka tidak penting untuk orang lain, sehingga justru menambah kesedihan.

Komunikasi

Toxic positivity mungkin mendorong orang untuk mengabaikan tantangan dan fokus pada hal-hal yang baik saja. Tentu saja hal ini dapat membuat mereka mengabaikan permasalahan dan kemampuan untuk menyelesaikannya.