Menu

Gawat! Gula Darah Tinggi Bisa Sebabkan Neuropati, Gimana Solusinya?

10 November 2022 09:00 WIB

Ilustrasi diabetes. (Pinterest/Freepik)

HerStory, Jakarta —

Diabetes yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah harus ditangani secepat mungkin. Sebab, jika dibiarkan bisa menyebabkan komplikasi kesehatan yang berbahaya.

Salah satu komplikasi diabetes adalah neuropati diabetik, yaitu gangguan pada saraf tepi yang ditemui pada penderita diabetes melitus.

"Banyak penyakit yang menyebabkan neuropati, salah satu yang bisa dicegah adalah diabetes," kata Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes,Sp.S dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI) saat ditemui di Jakarta, Rabu (9/11/2022).

Neuropati ini umum ditemukan pada penderita diabetes. Menurut penelitian, satu di antara tiga pasien diabetes melitus mengalami neuropati.

Kerusakan saraf tepi bisa mengenai sistem sensorik atau perasa, sistem saraf motorik, sistem saraf otonom, atau kombinasi dari ketiga saraf tersebut.

Jadi, diabetes harus bisa dicegah atau dikendalikan sejak dini supaya gangguan saraf bisa diperbaiki sebelum kondisinya semakin parah.

Kerusakan saraf akan sulit kembali normal jika sudah lebih dari 50 persen. Hal itu disebut sudah mencapai "point of return".

"Kalau kerusakan sudah lebih dari 50 persen serabut saraf akan sulit (normal)," ujar dr. Rizaldy.

Gejala umum neuropati yang bisa memengaruhi kualitas hidup pasien, antara lain rasa kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi panas atau terbakar di tangan dan kaki.

Bila gejala itu terus-menerus dan intensitasnya semakin meningkat, maka perlu segera memeriksakan diri ke dokter supaya bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

"Neuropati bisa ditangani lebih baik kalau ditemukan lebih dini, lebih baik periksa sekarang," jelasnya.

Selain penderita diabetes, neuropati juga bisa dialami oleh kelompok lanjut usia, orang yang punya riwayat pembuluh darah, penderita kanker, hingga orang yang terpapar bahan kimia.

P&G Health Indonesia melalui Neurobion meluncurkan aplikasi penilaian risiko neuropati pertama di Indonesia bernama Neurometer dan kampanye "Hidup Bebas Tanpa Kebas Kesemutan".

Tertarik coba aplikasinya enggak nih?