Menu

Denica Riadini Pecahkan Masalah di Balik Industri Fesyen, Berdayakan Ibu-ibu Desa untuk Raup Penghasilan Layak Lewat Bisnis Berkelanjutan

19 Januari 2023 14:11 WIB
Denica Riadini Pecahkan Masalah di Balik Industri Fesyen, Berdayakan Ibu-ibu Desa untuk Raup Penghasilan Layak Lewat Bisnis Berkelanjutan

Denica Riadini selaku founder SukkhaCitta saat menerangkan produk dari bisnis berkelanjutan yang dirintisnya (Noorma/HerStory)

HerStory, Jakarta —

SukkhaCitta merupakan bisnis keberlanjutan yang bergerak dalam industri slow fashion. UKM yang satu ini memiliki pendekatan unik, yang mana berusaha untuk memecahkan masalah dari akar dan menelusuri segalanya dari hulu hingga hilir.

Bisnis ini dibangun dari keresahan Denica Riadini selaku founder dari SukkhaCitta. Ia memaparkan bahwa kebanyakan pakaian merupakan hasil tangan dari ibu desa yang ternyata gak mendapatkan komisi layak.

“Sebanyak 98ju dibuat oleh ibu-ibu desa yang mengerjakannya dengan tangan. Namun, mereka masih belum mendapatkan upah yang sesuai atau UMR. Kebanyakan pengrajin yang membuat baju terperangkap dalam kemiskinan,” ungkapnya, dalam konferensi pers DBS Foundation, di Jakarta, Rabu (18/1/2023).

Hal itulah kemudian jadi sebuah langkah awal Denica untuk mulai terjun ke industri fesyen ini. Ia tergerak untuk memberdayakan ibu-ibu di desa yang kemudian menjadi pengrajin SukkhaCitta.

Semakin berkembang, keresahan yang dirasakannya juga semakin berkembang. Keresahan tersebut berkembang menjadi perjalanan berdirinya SukkhaCitta.

Pewarna Alami Jadi Solusi

Denica juga mempertanyakan darimana sebuah kain diwarnai. Yang mana pewarna dalam industri fesyen menjadi salah satu penyumbang polusi lingkungan sebab limbahkan kerap dibuang sembarangan.

“Hampir semua diwarnai dengan kimia tekstil yang limbahnya dibuang langsung ke sungai di desa. Citarum sebagai sungai paling tercemar di dunia,” ungkapnya.

Denica kemudian mencari solusi dari masalah ini, yaitu mencari tahu bagaimana proses pewarnaan oleh nenek moyang. Ternyata proses konvensional ini lebih ramah lingkungan sebab memanfaatkan sumber alam, yaitu tanaman.

“Kita mencari tanaman yang banyak di Kalimantan, Jawa, Flores yang kemudian digunakan sebagai pewarna di baju,” terang Denica.

Agriculture waste dapat digunakan sebagai pewarna,” lanjutnya.

Denica menegaskan bahwa setiap produk alam yang digunakan seperti kayu dipilih secara selektif. SukkhaCitta ingin menghindari terjadinya deforestasi sehingga pemilihan produk sangat penting.

“Kita pikirin kayunya dari mana. Karena kita menggunakan produk alam kota malah menyebabkan deforestasi. Pilihan kota memakai baju gak lagi merusak bumi,” ungkapnya.

Dapatkan Kapas Langsung dari Alam

Dikatakan Denica, salah satu bahan paling penting dalam membuat pakaian oleh SukkhaCitta adalah kapas. Namun, Denica merasa miris di mana kini 99,9 persen kapas umumnya diimpor dari luar negeri.

Belum lagi kapas merupakan salah satu tanaman yang benyak merugikan lingkungan. Pasalnya penanaman kapas biasanya banyak menggunakan pestisida dan menguras lahan yang cukup luas.

“Padahal tahun 60-an, indo adalah eksportir kapas terbesar di dunia. Gak hanya itu, kapas adalah tanaman terkotor di dunia,” terangnya.

Oleh karena itu, SukkhaCitta pun menelusuri produksi kapas yang masih tradisional di Indonesia. Ternyata, masih ada beberapa kota yang menggunakan metode tumpang sari untuk menanam kapas.

Metode ini merupakan sebuah sistem mutualisme antara kapan dan tanaman lainnya. Kapas dapat ditanam tanpa penggundulan hutan dan penggunaan pestisida juga dapat dihindari.

“Indonesia ditaman secara tumpang sari yang mana kapas gak boleh ditanam sendiri melainkan ditanam dengan 20 jenis tanaman lainnya agar bisa hidup tanpa kimia,” terangnya.

Hasil penelusuran menunjukkan bahwa sebagian besar petani memang berasal dari kalangan tua berusia 50 tahun ke atas. Meski begitu, Denica merasa optimis bahwa kehadiran SukkhaCitta dapat menjadi motivasi baru bagi generasi muda untuk meneruskan sektor menenam kapas secara konvensional.

Pasalnya, SukkaCitta menaungi para petani dan memberikan pendapatan yang layak. Hasil panen juga semakin meningkat dengan adanya pemberbadayaan, baik secara teknis dan pengetahuan oleh SukkhaChitta.

Hingga kini SukkhaCitta sudah melakukan shipment hingga ke 30 negara. Bisnis berkelanjutan ini ingin mengubah rantai produksi atau supply chain yang lebih postif khususnya terhadap aspek sosial dan lingkungan.

“Bukan hanya buat baju tapi mau mengubah supply chain. Kita mau buat supply chain baru dari hulu ke hilir. Baju yang bisa menyembuhkan bumi. Bukan hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga be carbon positive,” tandas Denica.

Baca Juga: Kemenparekraf Gelar Kelas Ekspor di Bidang Kuliner hingga Film Demi Mengembangkan Ekonomi Kreatif Indonesia, Intip Programnya Yuk Beauty!

Baca Juga: Rayakan Anniversary yang ke-4, Benang Jarum Luncurkan Koleksi 4everforward nan Elegan

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.