Menu

Kisah 4 Perempuan Hebat Pencetus Solusi Iklim: Beraksi Lewat Teknologi, Ilmu Pengetahuan, Organisasi, hingga Edukasi

08 Maret 2023 09:05 WIB
Kisah 4 Perempuan Hebat Pencetus Solusi Iklim: Beraksi Lewat Teknologi, Ilmu Pengetahuan, Organisasi, hingga Edukasi

Sejumlah murid memegang benih untuk ditanam sebagai bagian dari Inisiatif PaTree Patricia Kombo. (Foto seizin Patricia Kombo)

2. Erin Ashe

Tumbuh besar di kawasan Barat Laut Pasifik membuat Erin Ashe memiliki kedekatan khusus dengan laut dan biotanya. Bahkan saat masih kecil, ia dan bibinya pernah menyaksikan momen orca yang berenang bebas di pantai Pulau San Juan.

“Momen itu benar-benar melekat di memori saya. Rasanya seperti hanya ada kami dan paus-paus itu,” katanya. 

Kini ia menyadari bahwa keberadaan paus tersebut semakin terancam punah. Oleh karena itu, ia ingin menelusuri lebih apa saja hal yang mengancam populasi biota laut, termasuk pengaruh iklim.

“Saya menyadari bahwa paus-paus pembunuh ini sedang terancam, populasinya mengalami masalah,” ungkapnya.

Memiliki pengetahuan di bidang biologi kelautan, Ashe yang kini menerima gelar Ph.D. mendirikan Oceans Initiative bersama suaminya, Rob Williams. Mereka mengumpulkan data tentang populasi mamalia laut dan masalah yang berkembang di Samudra Pasifik.

Temuan mereka nantinya akan dijadikan sebagai salah satu acuan dalam membuat kebijakan terkait dampak perubahan iklim, “Kami selalu memberikan prioritas untuk membimbing perempuan dalam sains dan menyadari bahwa masalah konservasi yang kami hadapi ini merupakan masalah sangat penting dan kami membutuhkan keterlibatan semua orang,” katanya.

3. Fatema Alzelzela

Berawal dari keresahannya terhadap tempat pembuangan akhir sampah di negaranya, Kuwait, yang selalu menumpuk, Fatima Alzelzela berhasil mendirikan organisasi nonpemerintah yang bergerak di bidang solusi sampah.

“Saya tahu bahwa saya harus melakukan sesuatu. Saya tahu bahwa saya ingin mengambil tindakan, tetapi saya tidak tahu tindakan seperti apa yang ingin saya ambil,” katanya.

Bermodal tabungan bersama saudara perempuannya, mereka merintis EcoStar dengan solusi daur ulang nasional untuk atasi sampah. Terbukti, bersama relawan yang mayoritas perempuan, organisasi ini mampu mendaur ulang ratusan metrik ton sampah.

Harapannya di masa depan adalah Kuwait menjadi negara yang mampu mengembangkan kolaborasi dan mengimplementasi infrastruktur daur ulang permanen di negaranya.

“Perempuan Kuwait sangat kuat. Kami diberdayakan,” ungkapnya.

Baca Juga: Rayakan Hari Perempuan Internasional Häagen-Dazs Adakan The Rose Project dan Program Spesial Free Upsize Scoop Khusus untuk Wanita

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Halaman: