Aya di hari pernikahannya. (Dok. Istimewa/Tinder)
“Aku menanyakan tentang lokasi Tinder-nya, dan katanya ia tinggal di area sekitar tempat tinggalku. Kemudian aku bertanya, ‘Jangan-jangan, kita juga sekolah di tempat yang sama?’ Kemudian dia bertanya apakah aku pernah menghadiri acara reuni sebuah SD di tahun 2012. ‘Kamu yang pakai baju abu-abu pada waktu itu ya?’," jelasnya.
Ternyata, Aya dan Fikar dahulu adalah teman satu sekolah yang jarang mengobrol. Akhirnya, mereka mulai menjalani hubungan dengan serius dengan membicarakan masa depan.
“Setelah berpacaran 4 bulan, kami berdua siap untuk melangkah ke babak yang lebih serius, jadi kami duduk bersama untuk berdiskusi tentang rencana kami kedepannya setelah menikah. Mulai dari tempat tinggal, anak, karir, hingga keuangan." ujar Aya.
Untuk Aya, beberapa hal tersebut merupakan poin yang cukup penting karena akan mempengaruhi bagaimana pernikahannya nanti.
Walaupun Aya dan suaminya pernah jadi teman satu sekolah, justru yang membuat Aya merasa siap untuk melanjutkan hubungannya adalah keterbukaan dan sikap menerima sang suami.
Bersama Fikar membuat Aya sadar bahwa yang dibutuhkannya adalah seseorang yang dapat menerima dan menghargai pilihannya serta perbedaan pendapat dari waktu ke waktu itu sangatlah normal, yang penting tetap bisa saling memahami satu sama lain.
Memiliki seseorang yang bisa diajak berdiskusi tentang masa depan membuat Aya merasa yakin.
"Menjunjung nilai dan prinsip kesetaraan wanita dan pria dalam berkembang serta memberikan kesempatan kepada pasangan untuk aktualisasi diri itu penting dalam perjalanan mencari cinta," pungkas Aya.
Dari situlah Aya bisa menemukan pasangan dan cinta sejatinya. Kamu mau ikuti jejak Aya gak, Beauty?
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.