Media brief bahaya PPOK kolaborasi antara Kemenkes RI, GSK dan PDPI
Di kesempatan yang sama, Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UI Prof. dr. Wiwien Heru Wiyono, PhD, Sp.P(K) mengatakan bahwa kondisi eksaserbasi mempercepat penurunan fungsi paru.
Hal ini menjadi ciri utama perburukan PPOK. Eksaserbasi PPOK juga dapat mengakibatkan berkurangnya aktivitas fisik, kualitas hidup yang lebih buruk dan meningkatnya risiko kematian pada kasus yang lebih berat.
"Setiap kali eksaserbasi PPOK terjadi, mungkin meninggalkan kerusakan paru permanen dan ireversibel sehingga lebih sulit bagi pasien untuk bernapas dan meningkatkan perkembangan gejala yang lebih buruk ke depannya," jelas Prof Wiwien.
Selain itu, dr Triya menyebut eksaserbasi PPOK menyebabkan fungsi paru yang tak lagi sama seperti kondisi normal.
Melihat bahaya yang ditimbulkan, dokter spesialis paru berharap agar penderita PPOK tidak mengalami eksaserbasi.
Demi mencegah kondisi yang lebih buruk dan eksaserbasi serta mencapai hasil pengobatan PPOK sesuai yang diharapkan, diperlukan kesadaran bersama untuk memahami sifat dan perjalanan PPOK sedini mungkin.
"Ketika seorang pasien datang, kemudian kita (dokter) diagnosis, kita berikan obat yang sesuai phenotype-nya. Jadi, sifat-sifat yang paling menonjol, dominan dari si pasien. Karena pasien PPOK A dan pasien PPOK B mungkin berbeda-beda karakteristiknya," tutur dr Triya.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.