Menu

Mengenal Avigan dan Chloroquine, Obat COVID-19 yang Dipesan Jokowi untuk Indonesia

21 Maret 2020 13:15 WIB
Mengenal Avigan dan Chloroquine, Obat COVID-19 yang Dipesan Jokowi untuk Indonesia

Ilustrasi obat COVID-19 (The Amed Post/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Wabah COVID-19 yang kian merebak di Indonesia semakin mengkhawatirkan masyarakat. Sejauh ini sudah ada 369 pasien yang dinyatakan positif mengidap virus Corona dan 32 lainnya meninggal dunia. Melihat hal tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan memesan jutaan obat untuk mengobati para pasien yang terinfeksi akibat SARS-CoV-2 tersebut. Obat tersebut di antaranya ialah Avigan dan juga Chloroquine.

"Obat pertama yang akan didatangkan adalah obat flu Avigan. Kita telah mendatangkan lima ribu, akan kita coba dalam proses pemesanan dua juta. Sementara itu, obat kedua adalah Chloroquine yang telah disiapkan sebanyak tiga juta," kata Presiden Jokowi, Jumat (20/3/2020) kemarin.

Baca Juga: COVID-19 Kian Merebak, Yuk Mengenal Vaksin mRNA-1273 Calon Obat Virus Corona!

Beauty, ngomong-ngomong soal obat COVID-19, kamu sudah tahu apa itu Avigan dan Chloroquine? Mari kita bahas satu per satu!

Seperti yang dikutip dari laman en.wikipedia.com, Sabtu (20/3/2020) Avigan atau Favipiravir merupakan anti-virus yang secara selektif dan berpotensi menghambat RNA-dependent RNA-polimerase (RdRp) dari virus RNA. Avigan sendiri dikembangkan oleh Fujifilm pada 2014 silam dan telah diuji coba kepada manusia yang terinfeksi virus corna COVID-19 sejak Februari lalu.

Mengutip dari laman The Guardian, seorang pejabat di kementerian ilmu pengetahuan dan teknologi China, Zhang Xinmin mengatakan, obat yang dikembangkan oleh anak perusahaan Fujifilm ini mampu menyembuhkan asien ndalamm uji klinis di Wuhan dan Shenzn yang melibatkan 340 pasien.

Pasien yang diberi obat tersebut di Shenzan berubah menjadi negatif setelah sebelumnya positif terinfeksi virus dalm waktu empat hari. Dibandingkan dengan pasien yang terjangkit virus selama 11 hari dan enggak diobati dengan Avigan.

"Ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan jelas efektif dalam perawatan," kata Zhang.

Enggak cuma itu, sinar-X mengonfirmasi peningkatan kondisi paru-paru pada 91% pasien yang diobati dengan Favipiravir atau Avigan, dibandingkan dengan 62% pasien lainnya yang tidak menggunakan obat tersebut. 

Otoritas medis di China juga mengatakan obat yang digunakan di Jepang untuk mengobati jenis baru Influenza ini tampaknya efektif pada pasien COVID-19. Oleh karena itu, Avigan masih terus dikembangkan dan para ilmuwan tengah menunggu hak paten obat tersebut agar bisa mengembangkan obat generiknya.

Baca Juga: Hoaks! Chloroquine Phospate Enggak Bisa Mencegah dan Mengobati Virus Corona

Nah Beauty, itu tadi seputar Avigan yang akan diberikan Jokowi kepada para pasien terdampak di Indonesia. Lalu bagaimana dengan Chloroquine?

Chloroquine merupakan obat anti-malaria, mengutip dari laman en.m.wikipedia, obat ini juga terkadang digunakan untuk penyakit amebiasis, rheumatoid arthritis, dan juga lupus erythematosus. Obat ini merupakan kandidat potensial untuk obat SARS-CoV-2, singkatnya sebagai obat virus Corona.

Sebelumnya, senter terdengar kabar kalau Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan Chloroquine mampu membunuh virus Corona. Trump juga mengatakan kalau obat tersebut telah menunjukkan hasil yang memuaskan. Ia juga menyebut Food and Drug Agministration (FDA)telah menyetujui penggunaan Chloroquine.

"Ini menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan-sangat menggembirakan. Dan kita dapat membuat obat itu tersedia segera. Dan disitulah FDA begitu hebat, itu telah disetujui...Jadi kita akan dapat membuat obat itu tersedia dengan resep atau negara," katanya seperti dikutip dari CNN.

Namun disamping itu, FDA menyanggah perkataan Trump kalau instansinya telah menyetujui Chloroquine sebagai obat untuk menyembuhkan COVID-19. 

Chloroquine masih akan diuji secara klinis terhadap pasien Corona. Komisaris FDA Dr Stephen Hahn mengatakan kalau studi masih terus dilakukan. Hahn menekankan proses penelitian masih diperlukan meski situasi yang dihadapi kini mendesak.

"Kami juga harus memastikan produk ini efektif, jika tidak, kami berisiko merawat pasien dengan produk yang mungkin tidak berfungsi ketika melawan perawatan lain yang lebih tepat," ujarnya. 

Sementara itu, para dokter di Marseile mengklaim pasien berhasil diobati dengan obat malaria Chloroquine. Sebuah studi menunjukkan 20 dari 36 pasien yang diberikan obat tersebut sembuh dari virus. Setelah 6 hari, 70 persen pasien dinyatakan sembuh, dibandingkan 12,5 persen pasien grup kontrol. 

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan