Ilustrasi wanita sedang stres. (Pinterest/Freepik)
Beauty, stres merupakan suatu kondisi yang dialami oleh hampir semua orang pada suatu titik dalam kehidupan mereka. Stres yang berkepanjangan justru menyebabkan efek negafif pada tubuh, seperti meningkatnya risiko terkena hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk penyakit jantung dan stroke, dan penting untuk memahami bagaimana stres dapat memicu kondisi ini. Studi kasus yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas XYZ melibatkan sekelompok pekerja kantoran yang mengalami tingkat stres yang tinggi. Mereka dipantau selama enam bulan untuk melihat hubungan antara stres dan tekanan darah.
Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang mengalami stres kronis memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengembangkan hipertensi daripada mereka yang tidak mengalami stres.
Faktanya, sekitar 40 peserta penelitian yang mengalami stres kronis akhirnya mengembangkan hipertensi. Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan hubungan antara stres dan hipertensi.
Pasalnya, stres mempengaruhi sistem saraf simpatis, bertanggung jawab untuk mengatur tekanan darah. Sehingga, stres yang berkepanjangan menyebabkan peningkatan aktivitas saraf simpatis yang meningkatkan tekanan darah.
Selain itu, stres juga menyebabkan perubahan gaya hidup, seperti kecenderungan mengonsumsi makanan tidak sehat, kurang tidur, dan kurangnya aktivitas fisik, semuanya dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Pentingnya penanganan yang tepat untuk mengatasi bahaya hipertensi, antara lain:
Penting untuk mengidentifikasi sumber stres dan mencoba mengelolanya secara efektif, Moms. Misalnya melakukan meditasi, yoga, atau teknik pernapasan yang dalam. Selain itu, olahraga secara teratur juga dapat membantu mengurangi stres dan menjaga tekanan darah dalam batas normal.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.