seorang wanita dengan wajah tampak murung dan rambut yang berantakan. (Unsplash/Riccardo Mion)
Beauty, rasa trauma yang disebabkan oleh kejadian tertentu dapat mengganggu kondisi fisik, psikologis, atau emosional seseorang.
Bahkan, trauma juga bisa menjadi penyebab beberapa penyakit mental, termasuk gangguan stres akut dan gangguan stress pasca-trauma (PTSD).
Meski memiliki kemiripan, reaksi stres akut dan PTSD adalah dua kondisi berbeda. Dikutip dari Patient, reaksi stres akut atau Acute Stress Disorder (ASD) terjadi saat gejala berkembang karena peristiwa tidak terduga, seperti kecelakaan serius, kematian mendadak, atau peristiwa traumatis lainnya.
Kata ‘akut’ mengindikasi bahwa gejala yang berkembang terjadi dengan cepat tetapi biasanya tidak berlangsung lama. Umumnya, ASD terjadi selama setidaknya tiga hari dan dapat berlangsung selama satu bulan.
Sementara itu, gejala PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) dapat berkembang selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah peristiwa traumatis terjadi.
Dikutip dari National Institute of Mental Health (NIMH), kondisi PTSD yang dialami beberapa orang dapat membaik setelah 6 bulan, sementara yang lain memiliki gejala kambuhan yang bertahan lebih lama. Pada beberapa kasus, kondisi PTSD juga bisa menjadi kronis.
Dikutip dari “The Merck Manual of Diagnosis and Therapy,” reaksi stres akut atau ASD dan PTSD serupa dan umumnya melibatkan kombinasi berikut:
Penderita ASD dan PTSD terkadang memiliki ingatan atau mimpi tentang peristiwa traumatis yang mereka alami atau saksikan.
Biasanya hal ini dapat berulang dan terjadi dengan tidak sengaja. Mereka juga memiliki reaksi disosiatif, seperti flashback (kilas balik) yang membuat mereka merasakan kembali peristiwa traumatis.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.