Menu

Gangguan Pencernaan Gak Cuma Diare, Ada Apa Saja Sih Masalah Pencernaan pada Anak yang Wajib Orangtua Waspadai?

14 Mei 2024 21:55 WIB
Gangguan Pencernaan Gak Cuma Diare, Ada Apa Saja Sih Masalah Pencernaan pada Anak yang Wajib Orangtua Waspadai?

dr. Frieda Handayani Kawanto, Sp. A, Subsp. G. H (Istimewa)

HerStory, Jakarta —

Dalam tumbuh kembang anak, masalah pada pencernaan selalu menjadi perhatian utama bagi orang tua. Karena proses penyerapan nutrisi terjadi di saluran cerna, pencernaan yang sehat menjadi kunci tubuh yang sehat.

Ada beragam masalah pencernaan anak yang sering muncul, mulai dari diare hingga sulit buang air besar atau sembelit

Memahami berbagai masalah pencernaan anak tidak hanya penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat, akan tetapi juga untuk memastikan bahwa anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Konstipasi 

Sembelit atau konstipasi adalah masalah yang sering ditemui pada anak. 

Anak yang mengalami sembelit memiliki keluhan frekuensi BAB yang tidak teratur disertai konsistensi tinja yang keras, kering, dan sulit dikeluarkan sehingga menimbulkan nyeri saat BAB. 

Berikut adalah indikator konsistensi tinja yang dapat dilihat pada Skala Tinja Bristol. Tinja yang normal adalah tipe 3 dan 4:

Ada dua tipe konstipasi yang sering dialami anak-anak, di antaranya:

  • Konstipasi organik, yaitu adanya kelainan fungsi organ. Pada kondisi ini, sembelit disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya penyakit celiac, gangguan tiroid, dan kelainan anatomi usus seperti penyakit hirschsprung
  • Konstipasi fungsional, dialami sebagian besar anak-anak. Konstipasi ini terjadi ketika anak menahan keinginan untuk BAB. Konstipasi fungsional dapat disebabkan karena anak khawatir mengalami nyeri atau rasa tidak nyaman, misalnya karena bentuk tinja yang keras

Apabila anak menahan BAB setiap hari, maka beberapa kondisi yang dapat terjadi antara lain:

  1. Nyeri perut hebat dan kembung
  2. Nafsu makan menurun
  3. Mual atau refluks aliran balik dari lambung ke kerongkongan
  4. Diare di pakaian dalam akibat kelebihan tinja cair yang merembes

Untuk mencegah hal ini terjadi, orang tua harus sigap memeriksa kondisi anak. 

Adapun tanda yang dapat dideteksi oleh orang tua saat anak mengalami konstipasi adalah adanya lecet pada sekitar dubur serta ukuran tinja yang besar dan keras.

Demam Tifoid pada Anak 

Pada 2019, sekitar sembilan juta orang mengalami demam tifoid dan 110.000 orang di antaranya mengalami kematian setiap tahun. 

Demam tifoid adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyebaran infeksi terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi bakteri. 

Gejala yang ditimbulkan meliputi demam yang berkepanjangan, sakit kepala, mual, nyeri perut, konstipasi, atau diare. 

Sebagian penderita bahkan dapat mengalami ruam. Kasus demam tifoid yang berat dapat menyebabkan komplikasi berat yang berakibat fatal.

Demam tifoid dapat diobati dengan antibiotika. Meskipun gejala sudah menghilang, tetapi penderita dapat menjadi carrier yang masih dapat menyebarkan infeksi ke orang lain melalui bakteri di tinja. 

Sehingga, penting dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bakteri Salmonella typhi sudah tidak ada lagi dalam tubuh pasien.

Demam tifoid cenderung terjadi pada area dengan sanitasi yang kurang baik dan kebersihan air minum yang kurang terjaga. 

Akses air minum bersih, sanitasi yang kuat, higienitas saat mengolah makanan, dan vaksinasi tifoid efektif mencegah terjadinya infeksi penyakit ini. 

Baca Juga: Bisa Karena Keracunan hingga Alergi Makanan, Ini Lho Cara Atasi Diare pada Orang Dewasa

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Artikel Pilihan