L’Oréal Indonesia Pertegas Komitmennya Selama 20 Tahun (istimewa)
Pada kesempatan yang sama, L’Oréal Indonesia turut menghadirkan berbagai figur perempuan peneliti inspiratif sebagai perwakilan alumni program L’Oréal-UNESCO For Women in Science dari seluruh Indonesia.
Figur alumni inspiratif tersebut hadir untuk berbagi kisah sukses mereka mendorong sesama wanita dalam mengatasi berbagai rintangan dalam perjalanan transformasinya.
Sosok yang pertama adalah Dr. Ines Irene Caterina Atmosukarto, pemenang pertama dari Indonesia untuk program L’Oréal-UNESCO For Women in Science.
Sudah berkarir selama 15 tahun di Australia sebagai seorang peneliti, akademisi dan juga CEO Lipotek Pty Ltd yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang medis dan pembuatan vaksin, Dr. Ines memiliki semangat yang besar untuk kembali ke Indonesia dalam memberikan kontribusi melalui kolaborasi dan kemitraan dengan pemerintah guna mendukung pemanfaatan sains dan hasil penelitian sebagai landasan pembuatan kebijakan.
Sebagai seorang peneliti, akademisi, dan juga menjabat sebagai CEO wanita, Dr. Ines menyampaikan bahwa penting bagi para perempuan peneliti untuk memiliki kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang baik sebagai modal mereka dalam meniti karir di berbagai bidang dan memberikan kontribusi untuk negeri melalui hasil temuan yang tepat guna dan dapat diimplementasikan dalam masyarakat.
Selanjutnya, turut hadir Prof. Dr. Fenny Martha Dwivany, Guru Besar Institut Teknologi Bandung serta Board of Jury L’Oréal-UNESCO For Women in Science.
Prof. Fenny Merupakan sosok berprestasi karena merupakan pemenang program L’Oréal-UNESCO For Women in Science di tingkat nasional pada 2006 dan internasional pada tahun 2007.
“Pertama, pentingnya pengembangan kapasitas melalui pelatihan dan lokakarya yang khusus dirancang untuk peneliti perempuan yang difokuskan pada pengembangan keterampilan teknis dan manajerial. Kedua, mentorship dan networking dimana perempuan peneliti mendapatkan bimbingan dari peneliti senior yang sudah berpengalaman, sehingga dapat membantu mereka navigasi di dunia penelitian yang kompetitif. Ketiga, dukungan dari institusi pemerintah, dan pihak swasta sangat penting untuk menciptakan lingkungan penelitian yang inklusif dan suportif termasuk fasilitas penelitian yang memadai,” pungkas Prof. Fenny.
Lebih lanjut, terdapat satu orang figur alumni program yang tak hanya berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, namun juga terlibat dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat melalui entrepreneurship.
Hal ini menunjukan bahwa program ini tak hanya berkontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, tapi turut memiliki dampak dari aspek ekonomi.
Sosok tersebut adalah Dr. Noryawati Mulyono S. Si, Founder Biopac.id & Alumni L’Oréal-UNESCO For Women in Science.
Selain mengajar dan melakukan penelitian, beliau aktif menjalankan perusahaan yang didirikannya yang bergerak pada bisnis solusi untuk masalah sampah plastik dan produsen biopackaging yang memimpin pengemasan sirkuler yang dapat diperluas ke berbagai format varian kemasan.
“Penghargaan yang saya dapatkan pada program L’Oréal-UNESCO For Women in Science pada tahun 2010 membantu saya membangun dasar yang kuat untuk penelitian saya tentang bioplastik. Inspirasi saya mendirikan Biopac.id datang dari keinginan untuk membawa hasil penelitian langsung ke masyarakat. Sebagai peneliti, saya merasa bertanggung jawab untuk mewujudkan solusi yang saya kembangkan, terinspirasi oleh praktik keberlanjutan energi dari L’Oréal. kami menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda perkotaan yang berbakat namun kurang beruntung, serta bekerja sama dengan petani rumput laut untuk menyediakan bahan baku bioplastik. Ini membantu memberantas perdagangan manusia dan memberikan pendapatan yang stabil bagi komunitas pesisir,” ujarnya.
Sosok terakhir adalah sosok peneliti muda Dr. Pietradewi Hartrianti, Dekan School of Life Sciences di Indonesia International Institute for Life-Sciences dan pemenang program L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023.
Melalui penelitiannya, apt. Pietradewi berupaya untuk menciptakan model jaringan kanker buatan dalam bentuk 3D dengan menggunakan keratin yang diperoleh dari rambut manusia sebagai bahan dasar pencetakan. Dengan demikian, kita dapat menguji obat-obatan kanker dengan lebih akurat, efektif, dan efisien.
Metode ini tak hanya meningkatkan akurasi pengujian, tetapi juga lebih efektif secara biaya dan mendukung aspek keberlanjutan dalam penelitian medis.
“Bekerja sebagai seorang perempuan peneliti tentu menjadi mimpi dan harapan saya. Selain itu, dengan perkembangan teknologi dan dukungan dari berbagai pihak, potensi karir sebagai peneliti semakin terbuka lebar. Saya melihat bahwa saat ini, semakin banyak peluang untuk melakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di tingkat internasional, kesempatan untuk berkolaborasi dan berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian semakin banyak,” ungkap Dr. Pietradewi.
“Seluruh figur inspiratif ini hanyalah sebagian kecil dari kisah transformatif dari ribuan alumni program L’Oréal for Women in Sciences. Sejak 20 tahun hadir di Indonesia, saat ini kami telah memiliki 71 orang pemenang program di tingkat nasional dan 5 perwakilan Indonesia yang mendapatkan penghargaan di tingkat internasional. Sepanjang itu, kami telah berkolaborasi dengan 31 universitas dan berbagai institusi. Kami berkomitmen untuk terus menjangkau lebih banyak lagi penerima manfaat dengan satu misi utama yaitu menghadirkan harapan dan akses ke bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kami berharap bahwa kisah-kisah inspiratif mereka dapat mendorong semangat para perempuan peneliti di Indonesia, menginspirasi para perempuan peneliti tentang banyaknya opsi karir di bidang sains, dan juga mendorong semakin banyak generasi muda Indonesia untuk mengejar karir sebagai perempuan peneliti, karena dunia membutuhkan sains, dan sains membutuhkan perempuan.,” tutup Fikri Alhabsie, Director of Corporate Responsibility, L’Oréal Indonesia.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.