Menu

SETARA Institute: Pemenuhan Hak Sipil Bagi Penyandang Disabilitas Masih Perlu Didorong

31 Mei 2024 20:30 WIB
SETARA Institute: Pemenuhan Hak Sipil Bagi Penyandang Disabilitas Masih Perlu Didorong

FeminisThemis Academy 2024 (HerStory/Azka Elfriza)

HerStory, Jakarta —

Menyambut Hari Lahir Pancasila, program edukasi soal kekerasan seksual dan kesetaraan gender khususnya pada dunia Tuli FeminisThemis Academy 2024 diluncurkan oleh komunitas FeminisThemis.

Bahkan, program ini juga didukung oleh Komisi Nasional Disabilitas RI dan Unilever Indonesia lho Beauty!

Sambil menandai peluncuran program, diskusi bersama bertjuk “Pancasila dan Keadilan Sosial Bagi Perempuan Tuli” pun digelar demi bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu keadilan sosial bagi perempuan Tuli sekaligus mendukung hak mereka mendapatkan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi.

Perayaan Hari Lahir Pancasila menjadi pengingat bahwa semua warga negara memiliki hak asasi untuk mendapatkan keadilan sosial, baik dalam kesetaraan, kesejahteraan, dan perlindungan. 

Namun sayangnya, hal ini belum sepenuhnya terwujud di tengah masyarakat, terutama bagi para penyandang disabilitas.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini agar semua dapat memahami siapa penyandang disabilitas dan apa hak-hak mereka. Selain upaya dari kami sebagai lembaga negara non-struktural yang melakukan pemantauan, evaluasi serta advokasi atas upaya penghormatan dan perlindungan dari pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas, tentu kita perlu saling bekerja bersama dalam memenuhi hak mereka. Kolaborasi semua pihak termasuk pihak swasta seperti Unilever yang mendukung FeminisThemis untuk menyelenggarakan kegiatan yang mengarusutamakan gender dan isu disabilitas ini menjadi hal yang sangat penting,” ujar Dr. Dante Rigmalia, M.Pd., Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI.

Terkait pemenuhan hak penyandang disabilitas, Halili Hasan, Direktur Eksekutif SETARA Institute yang hadir dalam diskusi menyampaikan fakta.

“Laporan Indeks Hak Asasi Manusia 2023 menunjukkan bahwa sejumlah variabel seperti Hak Sipil termasuk hak memperoleh keadilan, hak atas rasa aman, dan kebebasan berekspresi ataupun berpendapat; serta Hak Sosial antara lain hak atas kesehatan dan pendidikan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Tantangan ini secara nyata dirasakan teman-teman penyandang disabilitas, mereka kerap mengalami diskriminasi, ketakadilan, hingga keterbatasan dalam berekspresi, mendapatkan akses informasi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya,” ungkapnya.

Contohnya dalam hal diskriminasi gender yang banyak terjadi pada penyandang disabilitas perempuan. Komnas Perempuan melaporkan di 2023 terdapat 105 kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas; 33 di antaranya dialami penyandang disabilitas sensorik termasuk perempuan Tuli. 

Selain itu, Yayasan SAPDA melalui CATAHU Kekerasan Berbasis Gender dan Disabilitas (KBGD) 2022 melaporkan 81 KBGD sepanjang tahun, dimana perempuan Tuli adalah penyintas terbanyak, yaitu 31 kasus, disusul penyandang disabilitas mental sebanyak 22 kasus.

Kondisi ini mendorong Nissi Taruli Felicia dan teman-temannya untuk mendirikan komunitas FeminisThemis sejak 2021 dengan misi menciptakan komunitas feminis yang inklusif dan edukatif bagi individu Tuli sehingga mereka mampu melawan ketakadilan serta memperjuangkan kesetaraan gender.

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.

Share Artikel:

Oleh: Azka Elfriza

Artikel Pilihan