Menu

Bukan Hanya Untuk Kosmetika, Body Contour Juga Bisa Dilakukan Penderita Obesitas, Simak Prosedurnya yuk Moms!

27 Juni 2024 23:55 WIB
Bukan Hanya Untuk Kosmetika, Body Contour Juga Bisa Dilakukan Penderita Obesitas, Simak Prosedurnya yuk Moms!

Body Contour untuk Tingkatkan Kualitas Hidup (istimewa)

HerStory, Jakarta —

Moms, apakah kamu tahu prosedur medis body contouring? Itu lho  bagian dari bidang bedah plastik rekonstruksi dan estetik kini merupakan salah satu solusi medis bagi pasien obesitas dengan tujuan utama meningkatkan kualitas hidup, bukan alasan kosmetik semata. Prosedur Body Contouring dapat memperbaiki bentuk tubuh dan postur tubuh menjadi lebih baik sehingga aktivitas menjadi lebih mudah dan kebugaran kembali terjaga sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dibandingkan dengan prosedur bedah plastik lainnya, Body Contouring memberikan hasil dengan komplikasi yang lebih rendah, minim rasa sakit, waktu pemulihan yang cepat dan pasien dapat kembali bekerja atau melakukan aktivitas seperti biasa.

dr. Mustapa Widjaja, Direktur Utama Klinik Utama DR. Indrajana dalam sambutannya pada Media Briefing hari ini mengatakan, “Body Contouring telah menjadi terobosan signifikan dalam bidang bedah plastik di klinik Utama DR. Indrajana. Selain untuk mengurangi lemak, membentuk tubuh dan mengatasi area-area tertentu yang tidak berubah meskipun telah terjadi penurunan berat badan, Body Contouring dapat mengatasi adanya risiko kelebihan kulit setelah penurunan berat badan yang signifikan.

“Kami berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan inovatif bagi pasien-pasien kami serta melayani dengan segenap hati. Layanan Body Contour menjadi bukti nyata dari upaya kami dalam menyediakan solusi medis yang efektif, canggih dan membawa dampak positif bagi kesehatan dan kualitas hidup pasien kami. Pada acara ini, kami akan menyajikan informasi mendalam mengenai manfaat dari layanan Body Contour, dan bagaimana kami terus mengembangkan diri untuk meningkatkan standar pelayanan kesehatan bedah plastik di Klinik ini,” tambahnya.

dr. Susi Anggraini, MM, General Manager Klinik Utama DR. Indrajana pada kesempatan yang sama turut menambahkan, “Dengan pengalaman lebih dari 53 tahun, Klinik Utama DR. Indrajana mengupayakan pelayanan kesehatan yang prima dan terintegrasi bagi masyarakat. Awalnya, klinik kami memiliki fokus pada

asma dan alergi saja. Namun, melihat permintaan pelayanan kesehatan yang lengkap, kami menambah layanan yang ditawarkan dan terus berkembang. Selain menjadi rujukan untuk tes alergi darah (IgE spesifik), kami juga menyediakan layanan ‘Body Contouring’ di bidang bedah plastik rekonstruksi dan estetik. Konsultasi awal dilakukan dengan seksama oleh dokter spesialis untuk menentukan tahap-tahap yang harus dilakukan sebelum tindakan Body Contouring. Layanan ini merupakan bukti nyata kami dalam memperhatikan kesehatan masyarakat.”

dr. Qori Haly, Sp.BP-RE, Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik dalam presentasinya mengatakan, “Penderita obesitas di Indonesia pada tahun 2024 semakin meningkat yaitu 6.53% pada orang dewasa laki-laki dan dewasa perempuan 16, 58%. Sedangkan pada anak laki-laki 11,26 anak perempuan 10,30%, artinya ada kenaikan peringkat obesitas Indonesia di usia muda dibanding negara lainnya di dunia. Kecenderungan meningkatnya angka obesitas pada usia muda akan membebankan anggaran kesehatan negara untuk menanggulangi komplikasi obesitas di masa datang.”

Ia menjelaskan, ”Kenaikan angka obesitas disebabkan oleh kemajuan teknologi sehingga merubah gaya hidup yang tadinya banyak bergerak menjadi lebih banyak duduk (sedentary). Kemajuan teknologi dapat menyebabkan stress dan depresi kejiwaan yang tinggi, produksi makanan dan minuman yang berkalori tinggi, transportasi yang semakin mudah sehingga jarang berjalan kaki, dan kesibukan yang tidak memungkinkan untuk berolahraga, ditambah zat-zat polutan baik gas, kimia dan radiasi yang mengakibatkan gangguan metabolisme dan organ tubuh. Semua itu menyebabkan terjadinya penumpukan lemak akibat kalori yang berlebihan dan menimbulkan beberapa penyakit komorbid seperti, Diabetes Mellitus, penyakit pembuluh darah jantung dan otak, dan gangguan organ seperti gagal ginjal. Kami berharap agar masyarakat memahami risiko peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat obesitas di Indonesia. ”

Dalam pemaparannya, ia menjelaskan, ”Penanganan obesitas memerlukan kerja suatu tim di mana ada dua bagian yang saling berhubungan yaitu ’Body slimming’ dan ’Body Contouring’. Pada tahap awal akan dilakukan pemeriksaan kesehatan sesuai dengan usia dan kondisi saat itu. Usia dibawah 18 tahun akan dilakukan oleh dokter spesialis anak dan usia diatas 18 tahun dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam. Dokter tersebut akan mencari masalah apa yang terjadi sebelum menjalani program dan melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium serta radiologi.”

”Setelah dokter memutuskan apakah pasien dalam kondisi optimal untuk menjalani program atau perlu koreksi dan terapi maka akan dilakukan pemilahan pertama. Apabila Indeks Massa Tubuh BMI di atas 40 atau diatas 35 dengan penyakit pemberat/komorbid termasuk golongan ’Morbid Obese’ maka pilihannya adalah

program ’Body slimming’ yaitu menurunkan berat badan dengan cara tanpa operasi yaitu mengatur pola makan dengan ahli gizi dan spesialis gizi medik, melakukan latihan fisik dengan bimbingan ahli fisioterapi atau dokter spesialis olahraga dan rehabilitasi medik, konsultasi dan terapi dari dokter spesialis penyakit dalam atau anak bagian endokrin atau tumbuh kembang. Apabila program penurunan berat badan tidak berhasil maka dapat dilakukan pembedahan Bariatrik (lambung) yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah digestif dan sedot lemak (liposuction) oleh spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik,” jelasnya.

Tentang Liposuction pada kondisi ’morbid obese’, dr. Qori menjelaskan, ”Liposuction merupakan sedot lemak yang dilakukan secara bertahap untuk mengurangi lapisan lemak di bawah kulit bagian leher, dada, lengan atas, paha atas, bokong dan perut, tetapi bukan untuk mengurangi lemak di dalam rongga perut, karena untuk mengurangi lemak dalam rongga perut adalah mengurangi asupan kalori dan aktivitas fisik. Liposuction bukan cara untuk menurunkan berat badan tapi untuk mengurangi lapisan lemak dalam yang memungkinkan penurunan massa lemak di tubuh, namun lemak permukaan tetap ada untuk mempertahankan permukaan kulit rata tidak bergelombang. Lapisan lemak sisa ini yang akan bertambah apabila tidak menjaga asupan kalori setelah tindakan, jadi diperlukan pemeliharaan dengan menjaga makanan dan aktifitas fisik,” paparnya.

Baca Juga: Obesitas Pengaruhi Saluran Napas? Ini Alasan Orang Gemuk Lebih Sering Ngorok, Kamu Sudah Tahu Belum?

Baca Juga: 5 Aturan Pola Makan untuk Beauty yang Obesitas, Jangan Lupa Barengi Olahraga Ya!

Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.