Konferensi Pers dan Fashion Workshop: Hari Batik Nasional 2024, Tokopedia dan ShopTokopedia Bicara Tren Batik (Herstory/Ida Umy Rasyidah)
Beauty, siapa di sini yang mulai menjadikan batik sebagai lifestyle? Usut punya usut nih Beauty, ternyata batik itu bukan hanya sekadar kain bermotif saja, tapi sebuah kain bermotif bisa dibilang batik jika motif tersebut ditulis menggunakan malam yang dicairkan, lalu dibentuk menggunakan canting.
"Batik merupakan kain yang dibuat menggunakan malam panas, lalu dicanting, dan digambar, jika tak menggunakan malam bukan batik," tutur Indra Tjahjani, Pemerhati dan Motivator Batik dalam Konferensi Pers dan Fashion Workshop: Hari Batik Nasional 2024, Tokopedia dan ShopTokopedia Bicara Tren Batik, Rabu (2/10/2024).
Diceritakan Indra, ternyata Batik di zaman dahulu sangat kaya akan makna dan menunjukan status sosial seseorang. Meski saat ini pun masih banyak maknanya, tapi anaka muda sudah menjadikan batik sebagai lifestyle, tak heran banyak brand fashion khusus batik yang memproduksi batik dengan model zaman sekarang tanpa menghapus esensi batik itu sendiri, seperti Nora Rara dan Oemah Etnik (OE).
Kedua brand fashion lokal tersebut memproduksi batik dengan melibatkan langsung pengrajin batik di daerah, lho. Yuk simak cerita di balik keberhasilan dua brand tersebut dan apa hubungannya dengan Tokopedia?
Sudah berdiri sejak 13 tahun, Nora Rara ternyata lahir dengan visi ingin menyambungkan para pengrajin batik tulis dan batik cap di daerah Solo kepada para pengguna batik di Jakarta. Namun kala itu, batik masih dianggap sebagai pakaian formal yang digunakan pada momentum tertentu saja. Selain itu, saat Nona Rara berdiri, batik tulis dan batik cap memiliki harga yang tinggi, maka dari itu Nona Rara berusaha untuk menghadirkan batik yang modelnya sesuai dengan anak zaman sekarang, tapi dengan harga yang affordable.
"Dalam membangun Nona Rara, kami dihadapkan oleh berbagai tantangan. Salah satunya membangun ekosistem yang kuat dalam menjaga warisan budaya di tengah perkembangan zaman. Selain itu, guna terus melestarikan batik, kami juga mempertahankan teknik batik tulis dan cap dalam menciptakan produk, serta menawarkan produk fashion berbahan dasar batik tulis dan cap ini dengan harga terjangkau," tutur Brand Manager Nona Rara, Yunita Stefani di acara yang sama.
Lebih lanjut,Nora Rara sebagai penjual pakaian dengan batik tulis dan batik cap, masih harus menghadapi tantangan dengan kehadiran batik printing instan yang bisa langsung produksi banyak.
"Zaman sekarang ada teknik batik printing yang sifatnya sangat instan. Berbeda dengan Nona Rara yang dibuat secara manual, yaitu batik cap dan batik tulis jadi gak bisa bikin banyak. Berkaitan dengan itu, Nona Rara memiliki tantangan untuk menyebarkan awareness, di samping pembuatan batik printing yang sangat instan, ada sisi mindfull dalam proses pembuatan batik. Itu sebabnya membeli batik itu gak cuma melestarikan budaya bangsa, tapi memberikan makan orang kita sendiri," lanjut Yunita.
Sejak berdirinya pada 2011, kini Nora Rara sudah memberdayakan puluhan karyawan dan bekerjasama dengan 30 perajin lokal batik dari Solo, Pekalongan, Cirebon, dan Garut.
Sementara itu, Nora Rara pun turut mengusahakan bisnis pakaian yang ramah lingkungan dengan mendirikan sister brand untuk produksi kain percak, sisa dari produksi produk Nona Rara.
"Untuk mengupayakan bisnis yang ramah lingkungan, Nona Rara memiliki sister brand yaitu PART of Nona Rara yang fokus mengolah sisa kain untuk menjadi produk baru fashion bernilai jual. Produk PART of Nona Rara memiliki range harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan Nona Rara sehingga dapat merangkul audiens dari segmen yang berbeda, dan pada akhirnya makin memperluas target pasar," jelas Yunita.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.