Ilustrasi seorang wanita sedang memegang vape/rokok elektrik. (Pinterest/Freepik)
Salah satu bahaya utama vape adalah kandungan nikotinnya. Nikotin adalah zat adiktif yang sangat kuat dan dapat menyebabkan kecanduan. Informasi mengenai kandungan nikotin biasanya tertera pada label kemasan produk.
Namun, bahkan jika label menyatakan "tanpa nikotin", tak ada jaminan mutlak bahwa produk tersebut benar-benar bebas nikotin. Banyak kasus telah ditemukan produk vape yang diklaim bebas nikotin ternyata mengandung nikotin dalam kadar tertentu.
Kecanduan nikotin pada remaja sendiri dapat mengganggu perkembangan otak, memengaruhi konsentrasi, memori, dan perilaku.
Selain itu, menurut American Heart Association, nikotin juga dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, yang pada jangka panjang dapat memicu penyakit jantung.
Studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menyebutkan bahwa uap yang dihasilkan vape mengandung berbagai zat kimia berbahaya lainnya, seperti logam berat, partikel ultrafine, dan senyawa organik volatil.
Zat-zat ini dapat mengiritasi paru-paru, menyebabkan peradangan, dan meningkatkan risiko penyakit paru-paru kronis seperti bronkitis dan emfisema. Beberapa penelitian juga menunjukkan hubungan antara vaping dengan peningkatan risiko kanker paru-paru.
Studi menunjukkan bahwa remaja yang mulai menggunakan vape memiliki risiko lebih tinggi untuk kecanduan nikotin dan beralih ke rokok konvensional. Otak remaja masih dalam tahap perkembangan, sehingga lebih rentan terhadap efek adiktif nikotin.
Selain itu, banyak produk vape yang dirancang dengan rasa manis dan aroma menarik, yang membuat vape semakin menarik bagi remaja. Persepsi yang salah bahwa vape lebih aman dibandingkan rokok konvensional juga mendorong remaja untuk mencoba vape.
Padahal, vape mengandung berbagai zat kimia berbahaya yang dapat merusak paru-paru, jantung, dan otak. Pengaruh teman sebaya juga menjadi faktor penting, remaja cenderung meniru perilaku teman-temannya, termasuk kebiasaan merokok atau vaping.
Akibatnya, penggunaan vape di kalangan remaja dapat memicu masalah kesehatan jangka panjang dan meningkatkan risiko kematian dini.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan pemerintah, untuk memberikan edukasi yang benar tentang bahaya vape dan mendukung remaja untuk hidup sehat.
Vape bukanlah solusi yang aman untuk berhenti merokok. Meskipun lebih sedikit mengandung zat berbahaya dibandingkan rokok konvensional, vape tetap membawa risiko kesehatan yang signifikan.
Jika kamu ingin berhenti merokok, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan bantuan yang tepat.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.
Share Artikel:
Lihat Sumber Artikel di Suara.com
Konten Sindikasi: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Suara.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.