Ilustrasi wanita mengalami trauma (Unsplash/Joshua Rawson-Harris)
Beauty, pernah gak kamu merasa ada yang aneh dengan diri kita, tapi gak tahu apa penyebabnya. Mungkin kamu merasa mudah marah atau overthinking banget, bahkan dengan hal-hal kecil yang gak seharusnya jadi masalah. Bisa jadi, itu adalah tanda bahwa kamu sedang membawa beban trauma yang gak disadari.
"Terkadang, kita nggak sadar kalau sebenarnya sedang membawa "beban" trauma. Trauma itu memang unik, efeknya beda-beda di setiap orang. Ada yang bisa bertahan dengan menekan atau mengabaikan pengalaman traumatisnya, sampai akhirnya terlihat seperti 'biasa aja'," tutur Irma Gustiana seorang Clinical Psychologist Child & Family dikutip Herstory.
Namun sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari terkadang respon trauma itu dianggap sebagai bagian dari kepribadian, lho Beauty.
"Misalnya, jadi gampang marah atau mudah tersinggung, padahal bisa jadi itu akibat pengalaman buruk yang belum selesai. Bahkan, perilaku seperti sering cemas atau tiba-tiba panik juga bisa jadi cara tubuh kita bertahan dari trauma yang belum teratasi," tutur psikolog yang akrab disapa Mba Ayang.
Itu sebabnya, trauma ini bisa berpengaruh besar dalam kehidupan kita, lho! Yuk, kita cek beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukkan kamu punya trauma yang belum terselesaikan.
Pernah gak sih, kamu merasa emosi atau marah banget hanya karena hal kecil yang sebenarnya gak perlu dipermasalahkan? Misalnya, kamu bisa jadi sebal banget kalau temanmu terlambat 5 menit, atau merasa sangat kecewa hanya karena hal kecil gak sesuai harapan. Nah, reaksi berlebihan seperti ini bisa jadi tanda kalau ada trauma yang belum selesai. Itu bisa terjadi karena kamu punya rasa takut atau kecemasan berlebih terhadap hal-hal yang diluar kendali. Cara mengatasinya? Coba lebih sering introspeksi diri dan pelajari cara untuk merespon lebih tenang dan bijak terhadap situasi yang gak berjalan sesuai rencana.
"Trauma bisa membuatmu lebih sensitif terhadap situasi atau hal-hal tertentu yang mengingatkanmu pada peristiwa traumatis. Misalnya kaget berlebihan, respons marah, atau serangan panik.
Perfeksionisme seringkali terlihat sebagai sifat positif, kan? Tapi kalau kamu merasa harus selalu sempurna dalam segala hal dan gak bisa menerima kesalahan sekecil apapun, itu bisa jadi tanda trauma juga, lho! Trauma bisa membuat kita merasa bahwa kita harus terus berusaha lebih keras dan lebih baik agar merasa dihargai atau diterima. Tuntutan diri yang terlalu tinggi bisa mengganggu keseimbangan hidupmu. Solusinya? Cobalah untuk menerima bahwa gak ada yang sempurna, dan it's okay to make mistakes. Memberikan ruang untuk diri sendiri beristirahat juga sangat penting!
"Trauma bisa memicu kebutuhan yang kuat untuk mengontrol lingkungan dan diri sendiri. Seseorang bisa menjadi sangat kaku dan kesalahan sekecil apapun bisa memicu kecemasan dan kritik diri yang keras," jelas Mba Ayang.
Kalau kamu sering merasa terlalu bergantung pada orang lain atau bahkan merasa takut ditinggalkan, bisa jadi itu adalah tanda dari trauma masa lalu. Pola keterikatan yang tidak sehat ini sering terjadi karena kita pernah mengalami kehilangan atau ketidakstabilan emosional di masa lalu. Biasanya, kita jadi takut untuk membuka diri atau malah terjebak dalam hubungan yang merugikan. Yuk, mulai belajar untuk membangun hubungan yang sehat dengan memberi ruang untuk diri sendiri, dan jangan terlalu bergantung pada orang lain untuk merasa aman dan bahagia.
"Trauma bisa mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Kamu bisa menarik diri secara emosional atau terlalu bergantung pada pasangan atau teman. Keterikatan yang tak sehat ini menjadi cara untuk mencari rasa aman yang mungkin tak terpenuhi di masa lalu," tulis Mba Ayang.
Apakah kamu sering merasa harus menyenangkan semua orang di sekitarmu, bahkan kalau itu mengorbankan kebahagiaan atau kenyamananmu sendiri? Jika jawabannya iya, mungkin kamu adalah seorang 'people pleaser' yang cenderung melakukan apapun agar orang lain senang. Ini bisa menjadi bentuk dari trauma yang membuatmu merasa harus diterima dengan cara apapun, bahkan dengan mengorbankan diri sendiri. Cobalah untuk mulai menetapkan batasan yang sehat dengan orang lain dan jangan takut untuk mengatakan "tidak" saat kamu butuh ruang untuk diri sendiri.
"Trauma yang kamu alami terkadang memicu respon harus selalu ada dan menjadi 'penyelamat' bagi orang lain. Kamu bisa mengorbankan kebutuhan dan kesejahteraan diri sendiri untuk membantu orang lain, karena secara tidak sadar, hal ini memberimu rasa kontrol dan mengurangi fokus pada trauma sendiri," ucap Mba Ayang.
Jika kamu sering mengalami gangguan tidur, seperti insomnia atau sering terbangun di tengah malam, atau bahkan sering mimpi buruk, bisa jadi itu adalah dampak dari trauma yang belum terselesaikan. Pikiran yang gelisah dan ketidakmampuan untuk merasa aman dapat mengganggu kualitas tidurmu. Cobalah untuk menjaga rutinitas tidur yang konsisten dan jangan membawa stres atau kecemasan ke tempat tidur. Beberapa teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam juga bisa membantu menenangkan pikiran sebelum tidur.
"Trauma seringkali mengganggu pola tidur, misalnya mengalami kesulitan tidur, bangun di tengah malam, atau mimpi buruk yang intens dan berulang. Ini terjadi sebagai respons otak yang masih memproses dan berusaha memahami pengalaman traumatis.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.