Ilustrasi seorang anak sedang minum susu. (Pinterest/momjunction.com)
Di tahun 2024 ini, sejumlah sejumlah isu yang berkaitan dengan susu mendapat sorotan dan perhatian dari publik. Hal itu tidak terlepas dari terkaitnya topik susu dengan isu lainnya seperti sosial dan politik.
Sejak awal tahun misalnya, muncul program makan siang dan susu gratis lalu saat ini sudah menjadi Makan Bergizi Gratis (MBG) yang merupakan janji pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Pemilihan Presiden (Pilpres). Program ini bertujuan untuk memberikan makanan bergizi dan susu kepada anak-anak sekolah serta santri di pesantren.
Mencuatnya program ini mendapat beragam respon dari masyarakat luas. Ada yang mendukung karena dinilai sebagai cara untuk pemenuhan gizi anak, sebagai salah satu langkah mempersiapkan Indonesia Emas 2045.
Pasalnya, konsumsi susu per kapita di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata ASEAN, hanya mencapai sekitar 16,27 kg/kapita/tahun. Maka dari itu program MBG dinilai perlu untuk meningkatkan konsumsi susu kepada anak-anak.
Namun, program ini turut menghadapi tantangan besar. Salah satunya karena produksi susu lokal hanya mencapai sekitar 20i kebutuhan nasional dan membuat impor menjadi solusi yang mencuat.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika dalam satu kesempatan mengakui produksi susu dalam negeri tidak mampu mengimbangi kebutuhan. Maka diperlukan berbagai macam langkah untuk dapat memenuhi kebutuhan susu nasional.
“Kondisi saat ini, hanya sekitar 20 persen bahan baku susu yang dipasok dari dalam negeri,” ucap Putu.
Dia menyebut berbagai faktor menjadi penyebab rendahnya produksi susu di Indonesia. Mulai dari sedikitnya jumlah sapi perah hingga tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu.
Ketinggalan informasi bikin kamu insecure, Beauty. Yuk, ikuti artikel terbaru HerStory dengan klik tombol bintang di Google News.